Senin, 24 Januari 2011

Memikul Kuk



Matius 11:28-30
 “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan.”
 

Jiwa yang tenang adalah salah satu kebutuhan utama setiap manusia. Hal ini dijelaskan oleh salah satu ahli psikologi yang bernama Abraham H. Maslow asal New York. Menurutnya, kebutuhan akan rasa aman itu termasuk ke dalam kebutuhan “Deficit Needs”. Jikalau kebutuhan ini tidak terpenuhi, maka manusia akan merasakan kekurangan. Hal yang tergolong dalam kebutuhan deficit needs ini adalah makan, minum, rasa aman, kasih sayang.

Yesus menyadari bahwa salah satu kebutuhan manusia adalah ketenangan. Oleh karena itu, Allah sendiri menawarkan ketenangan itu kepada manusia. Di dalam Perjanjian Lama (PL), Allah menawarkan ketenangan kepada umatNya dengan syarat menempuh jalan yang baik, jalan yang dahulu kala (Yeremia 6:16). Begitu juga, dalam Perjanjian Baru (PB), Yesus Kristus sendiri yang adalah Jalan, Kebenaran dan Hidup menawarkan ketenangan itu kepada kita (Matius 11:28-30).

Di dalam ayat 28, Yesus mengundang kita untuk datang kepada-Nya. Ajakan dan undangan dari Yesus ini memerlukan respons dari kita. Datang kepada Allah merupakan respons atau tindakan aktif dari kita untuk mencari Allah atau mendekati Allah.

Di dalam ayat 29, Yesus mengundang dan mengajak kita untuk memikul kuk. Apakah yang dimaksud dengan memikul kuk? Sebelumnya, apakah kuk itu? Menurut KBBI, kuk adalah kayu yang dipasang di tengkuk lembu/kerbau untuk menarik bajak, pedati. Dengan menggunakan kuk, lembu dapat dipakai untuk membajak sawah, menarik gerobak, dan lain-lain.

Yesus menawarkan kelegaan. Sinonim dari kata kelegaan adalah ketenangan. Yesus juga menawarkan ketenangan kepada murid-murid-Nya dan juga kepada kita semua. Dalam hal ini, Yesus menawarkan ketenangan dengan cara memikul kuk. Sepertinya ajaran Yesus ini berbeda dari yang lainnya. Yesus menawarkan ketenangan dengan jalan memikul kuk. Jikalau kita memikirkan tentang kuk, hal yang terpintas di pikiran kita mungkin adalah beban, masalah. Bagaimana mungkin seseorang dapat merasa tenang ketika  berada dalam masalah atau ketika memiliki beban. Akan tetapi, justru itulah yang ditawarkan oleh Yesus. Yesus menawarkan ketenangan di tengah-tengah masalah atau beban. Yesus meminta kita sebagai orang yang percaya untuk memikul kuk. Ini adalah perintah dari Yesus sendiri kepada kita, murid-murid-Nya. Jikalau kita tidak memikul kuk, kita tidak layak bagi-Nya.

Lalu apakah yang dimaksud dengan “memikul kuk”? Ada 3 hal yang berhubungan dengan memikul kuk…

 1.)        Menaklukkan diri (menjadi hamba)
Kuk adalah balok kayu yang diletakkan di atas pundak lembu/sapi. Ketika lembu itu mengenakan kuk, itu berarti lembu itu siap menaklukan diri kepada tuannya. Begitu juga ketika seseorang memikul kuk dari Tuhan, itu berarti dia siap untuk menaklukan dirinya kepada Tuhan. Dengan kata lain, menjadi hambanya Tuhan. Ketika kita menaklukan diri kepada Tuhan atau menjadi hambanya Tuhan, kita wajib menuruti perintah dari Tuhan. Seorang hamba yang taat, akan dikasihi oleh tuannya dan akan mendapat upah dari tuannya, sedangkan hamba yang jahat akan mendapat hukuman dari tuannya.

Menjadi hamba mengakibatkan ada hak-hak seseorang yang hilang. Begitu juga, ketika kita menjadi hamba Allah, ada hal-hal penting dalam hidup kita yang dapat hilang, mungkin itu hak, pekerjaan, kedudukan, harta, hubungan keluarga atau hubungan sesama. Ketika kita menjadi percaya kepada Tuhan, mungkin orang tua atau keluarga kita membenci kita. Ketika kita mengikut Tuhan, kedudukan kita dicabut, dan lain-lain. Akan tetapi, Allah menganugerahkan hal yang lebih dari sesuatu yang hilang itu, yaitu hidup yang kekal dan keselamatan dalam Kerajaan-Nya yang kekal.

2. )       Siap bekerja
Kuk adalah sebatang kayu yang diletakkan di atas lembu atau sapi. Jika kuk tersebut telah diletakkan di atas binatang itu, berarti binatang tersebut sudah siap untuk bekerja. Yesus mengundang kita untuk bekerja. Bekerja untuk Tuhan. Allah menyuruh kita untuk bekerja dan berkarya. Dalam bahasa Ibrani, kata "pekerjaan" berasal dari kata “mela`kah” (מְלָאכָה). Kata ini berasal dari turunan kata “mala`k” (מַלְאָך), yang artinya adalah pekerja, pesuruh/malaikat.

Kita semua adalah pekerja-pekerja Allah. Kita semua adalah "malaikat-malaikat" Allah dalam arti pekerja Allah atau pesuruh Allah. Apapun yang kita kerjakan selama tidak bertentangan dengan Firman Allah, itu adalah pekerjaan yang Tuhan suruh untuk kita kerjakan.
          
Bekerja untuk Tuhan bukan berarti harus melayani di mimbar atau menjadi pendeta. Apapun pekerjaan kita, kita bekerja untuk Tuhan. Apa yang terjadi kalau semua orang menjadi pendeta? Siapa yang akan menjadi dokter, insinyur, petani atau pedagang?
          
Allah memberikan kepada setiap kita pekerjaan masing-masing.  Sebagai karyawan, kita bekerja dengan giat dan sungguh-sungguh. Sebagai pedagang, kita berdagang dengan baik dan tidak curang. Sebagai petani, kita bercocok tanam dengan rajin dan tekun. Apapun yang kita kerjakan, kita kerjakan untuk Tuhan.

3.)        Berpartner dengan Allah
Kuk biasanya diletakkan di atas sepasang lembu. Jika kita menempatkan diri sebagai lembu yang pertama, siapakah “lembu yang ke dua”? Lembu yang kedua menggambarkan Yesus Kristus. Allah ingin kita berpartner dengan Dia. Allah ingin agar kita melibatkan Dia dalam segala apa yang kita kerjakan.

Memikul kuk tersebut tidaklah mudah. Akan tetapi, kita mengetahui bahwa ada “lembu yang kedua” yang menggambarkan Yesus Kristus. Dia turut bersama-sama dengan kita dalam memikul kuk kita, sehingga kuk kita menjadi "enak" dan "ringan", seperti yang tertulis dalam Matius 11:30.
Amin…


Tidak ada komentar:

Posting Komentar