Kamis, 10 November 2011

Pohon Ara Yang Dikutuk



Matius 21:18-22
Pada pagi-pagi hari dalam perjalanan-Nya kembali ke kota, Yesus merasa lapar. Dekat jalan Ia melihat pohon ara lalu pergi ke situ, tetapi Ia tidak mendapat apa-apa pada pohon itu selain daun-daun saja. Kata-Nya kepada pohon itu: “Engkau tidak akan berbuah lagi selama-lamanya!” Dan Seketika itu juga keringlah pohon ara itu. Melihat kejadian itu tercenganglah murid-murid-Nya, lalu berkata: “Bagaimana mungkin pohon ara itu sekonyong-konyong menjadi kering?” Yesus menjawab mereka: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu percaya dan tidak bimbang, kamu bukan saja akan dapat berbuat apa yang kuperbuat dengan pohon ara itu, tetapi juga jikalau kamu berkata kepada gunung ini: Beranjaklah dan tercampaklah ke laut! Hal itu akan terjadi. Dan apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan, kamu akan menerimanya.”

               

Dalam perikop ini, kita membaca mengenai Kisah Yesus yang mengutuk pohon ara. Sebelumnya, Yesus dan murid-murid-Nya bermalam di Betania, dimana pada hari sebelumnya Yesus mengusir orang-orang yang berdagang di bait Allah. Setelah Yesus dan murid-murid-Nya bermalam di Betania, mereka pun segera berjalan berangkat menuju ke kota. Dalam perjalanan mereka menuju ke kota, Yesus pun merasa lapar. Kita melihat di sini bahwa Yesus merasa lapar. Yesus adalah 100% manusia dan 100% Allah, oleh karena itu dalam keberadaan-Nya sebagai manusia Yesus merasa lapar sama seperti manusia lainnya. Yesus perlu makan sama seperti juga murid-murid-Nya. Ketika Yesus melihat pohon ara di pinggir jalan dalam perjalanan mereka, Yesus pun hendak mencari makan dari buah pohon ara itu, siapa tahu pohon ara itu memiliki buah. Yesus melihat pohon ara yang berdaun lebat itu, oleh karena itu sangat mungkin bagi pohon ara itu memiliki buah. Akan tetapi, penampilan pohon ara yang berdaun itu tidak menunjukkan bahwa pohon ini memiliki buah. Pohoh ara ini tidak berbuah seperti apa yang diharapkan oleh Yesus. Oleh karena itu, Yesus mengutuk pohon ara ini dan sekonyong-konyong pun seluruh bagian dari pohon ara ini menjadi kering baik daun, ranting sampai akar-akarnya.     

Pohon ara merupakan pohon yang rindang. Pohon ini bisa tumbuh setinggi 4,5 sampai 6 meter. Ranting atau cabang-cabangnya bisa merentang 7,5 sampai 9 meter ke samping. Oleh karena itu, banyak orang yang suka berteduh di bawah pohon ini karena keteduhannya. Selain itu juga, pohon ini memiliki daun yang lebat. Yesus berharap bahwa pohon ara yang berdaun ini memiliki buah juga, karena diri-Nya sudah lapar. Akan tetapi, Yesus tidak mendapatkan apa-apa dari pohon ara itu, yang Ia dapatkan hanya daun-daunan saja yang lebat, tidak ada buahnya satu pun. Yesus dan murid-murid-Nya adalah orang yang sederhana, mereka tidak tidak mencari makanan yang mewah dan yang mahal, tetapi mereka hanya ingin makan untuk menghilangkan rasa lapar mereka. Sebagai pemberita Injil/kabar baik yang berjalan dari satu tempat ke tempat lainnya, Yesus dan murid-murid-Nya tidak makan untuk memuaskan hawa nafsu mereka, tetapi mereka makan sesuai dengan kebutuhan mereka. Dalam hal ini, Yesus mencari makan untuk menghilangkan rasa laparnya sebagai seorang manusia.

Dalam hukum orang Yahudi, pohon yang terletak di pinggir jalan bebas untuk diambil buahnya oleh setiap orang yang lewat di jalan itu. Dalam hal ini, Yesus melewati pohon yang berada di pinggir jalan itu. Oleh karena itu, Yesus bebas untuk mencari buah pada pohon ara itu tanpa terkena sanksi hukum orang Yahudi. Yesus mencari makan tanpa melakukan pelanggaran hukum. Ia mencari makan pada pohon yang berada di pinggir jalan. 

Tindakan Yesus dalam perikop ini sepertinya semena-mena dengan membinasakan pohon ara melalui ucapan mulutnya atau mengutuk pohon ara itu, sehingga sekonyong-konyong pohon ara itu menjadi kering tidak hanya daunnya saja tetapi ranting-rantingnya juga, semua menjadi kering. Pohon yang kelihatannya hijau segar, sekonyong-konyong mati menjadi kering. Hal ini membuat murid-murid Yesus menjadi tercengang-cengang atas apa yang telah dilakukan Yesus melalui ucapan mulut-Nya itu. Sebenarnya, apa yang dilakukan oleh Yesus ini bukanlah suatu hal yang semena-mena, tetapi sebenarnya melalui tindakan Yesus yang nyata ini, Yesus ingin mengajarkan sesuatu kepada murid-murid-Nya. Yesus ingin mengajarkan prinsip-prinsip illahi kepada murid-murid-Nya melalui tindakan yang Ia lakukan dalam perikop ini.

Apakah yang dapat kita pelajari dari perikop ini:

1.)        Sesuatu Yang Tidak Berguna Sedang Menuju Kebinasaan

Inilah hukum kehidupan. Ini juga adalah prinsip illahi. Sesuatu yang tidak berguna sedang menuju kebinasaan. Segala sesuatu dapat dibenarkan keberadaannya apabila ada gunanya. Sebagai contoh, sebatang lilin dibutuhkan karena cahayanya yang berguna untuk menerangi kegelapan; garam dibutuhkan pada makanan karena mencegah pembusukan dan memberikan cita rasa pada makanan. Apa yang terjadi jikalau lilin itu tidak dapat menyala? Apa yang terjadi jikalau garam itu tidak asin lagi? Lilin dan garam itu akan dibuang karena tidak berguna lagi. Dalam perikop tersebut, dikisahkan bahwa pohon ara itu tidak berguna dalam arti pohon ara itu tidak menghasilkan buah. Oleh karena itu, pohon ara itu dikutuk.

Begitu juga dengan manusia, Allah menciptakan manusia bukan hanya begitu saja tanpa alasan atau tanpa tujuan. Melainkan Allah menciptakan manusia dengan tujuan yang jelas. Allah menciptakan manusia dan memanggil manusia untuk melakukan sesuatu panggilan yang jelas, yaitu:

1. Allah memanggil manusia bukan untuk melakukan apa yang cemar melainkan melakukan apa yang kudus (I Tesalonika 4:7). Kita mengetahui apa definisi dari yang cemar dan yang kudus. Alkitab menyuruh kita untuk meninggalkan apa yang cemar dan melakukan apa yang kudus di hadapan Allah. 

2. Allah memanggil manusia untuk menyenangkan dan memuliakan Allah dalam kehidupannya (Matius 6:13; Roma 15:6). Banyak hal yang dapat kita lakukan dalam kehidupan kita untuk memuliakan Allah. Kita dapat memuliakan Allah dengan menyembah-Nya karena Allah menghendaki manusia menyembah-Nya dalam Roh dan Kebenaran, kita dapat memuliakan Allah dengan mengasihi sesama karena ajaran-ajaran Yesus menekankan kasih kepada sesama, kita dapat memuliakan Allah dengan meneladani Yesus karena Allah menghendaki kita menjadi semakin serupa dengan Yesus, kita dapat memuliakan Allah dengan menaati-Nya karena Allah menuntut ketaatan dari murid-murid-Nya dan masih banyak hal lainnya yang dapat kita lakukan untuk memuliakan Allah.  

Allah menciptakan manusia supaya manusia menjadi berguna bagi kemuliaan-Nya, kehendak-Nya dan kerajaan-Nya. Pohon ara itu tidak berguna dalam arti tidak berbuah sehingga mati kering. Begitu juga dengan orang yang tidak berguna bagi kemuliaan Allah, orang yang tidak berguna bagi kehendak Allah dan orang yang tidak berguna kerajaan Allah, sedang menuju kepada kebinasaan. 
 
2.)       Penampilan Luar Tidak Menentukan

Pohon ara yang tidak berbuah ini menggambarkan orang percaya yang tidak berbuah. Pohon ara yang tidak berbuah ini mengambarkan iman tanpa perbuatan. Pohon ara itu lebat daunnya, dengan begitu juga harus ada buahnya. Akan tetapi, tidak terdapat buah pada pohon ara itu. Penampilan luar dari pohon ara yang hijau dan lebat tidak menjamin bahwa pohon ara ini berbuah lebat juga. Begitu juga dengan kehidupan Kekristenan, penampilan luar tidak menentukan apakah orang Kristen itu berbuah atau tidak. Kaya atau miskin, tua atau muda, cantik atau biasa-biasa saja, berpangkat atau tidak berpangkat, semua penampilan luar itu tidak menjamin apakah kehidupan Kekristenan kita bisa berbuah.  Orang kaya tidak berarti bisa lebih berbuah dari pada orang miskin. Orang cantik tidak berarti bisa lebih berbuah dari pada yang biasa-biasa saja. Orang berpangkat tidak berarti bisa lebih berbuah dari pada orang yang tidak berpangkat. Dari perikop ini, kita bisa melihat bahwa Kekristenan bukanlah soal penampilan luar tetapi soal buah dari kehidupan.  

3.)       Penghakiman Mutlak Berada Di Tangan Yesus  

Dalam perikop tersebut, pohon ara itu dikutuk oleh Yesus karena tidak berbuah. Tindakan Yesus ini bukan untuk menekankan bahwa Yesus bertindak secara semena-mena dengan mengutuk pohon ara begitu saja. Akan tetapi, tindakan Yesus yang mengutuk pohon ara ini menekankan bahwa penghakiman mutlak berada di tangan Yesus. Tindakan Yesus ini menunjukkan bahwa Yesus berhak untuk menghakimi sesuatu berdasarkan penghakiman-Nya karena penghakiman Allah adalah adil dan mutlak. Yesus menghakimi pohon ara yang tidak berbuah itu dan akhirnya pohon itu pun menjadi kering.

Berdasarkan hal tersebut, kita bisa mengetahui bahwa penghakiman mutlak berada di tangan-Nya. Yesus berkuasa memelihara. Yesus berkuasa menjaga. Akan tetapi, Yesus juga berkuasa untuk menghancurkan dan membinasakan. Dalam hal ini, Yesus membinasakan pohon ara itu melalui perkataan-Nya. Akan tiba saatnya, bahwa Yesus datang bukan untuk memelihara atau menjaga, tetapi Yesus akan datang sebagai hakim yang membinasakan bagi orang yang tidak berbuah dalam kehidupannya.

Pada saat ini, kita boleh belajar dari Firman Allah. Firman Allah boleh menegur kita, Firman Allah meluruskan kita, Firman Allah mengkoreksi kita. Melalui perikop yang baru saja kita baca, ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan: 
  • Allah menginginkan agar kita menjadi murid-Nya yang berguna dengan menjalankan panggilan-Nya dalam kehidupan kita.
  • Allah ingin agar kita menjadi orang percaya yang berbuah dalam kehidupan kita.
  • Allah ingin agar kita mengakui bahwa Dia adalah hakim yang adil yang akan menghakimi semua manusia menurut perbuatannya.


Ucapan Bahagia



Matius 5:1-12
Mat 5:1  Ketika Yesus melihat orang banyak itu, naiklah Ia ke atas bukit dan setelah Ia duduk, datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya.
Mat 5:2  Maka Yesuspun mulai berbicara dan mengajar mereka, kata-Nya:
Mat 5:3  "Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.
Mat 5:4  Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur.
Mat 5:5  Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi.
Mat 5:6  Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan.
Mat 5:7  Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan.
Mat 5:8  Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah.
Mat 5:9  Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah.
Mat 5:10  Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.
Mat 5:11  Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat.
Mat 5:12  Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu."



Yesus mengajar banyak orang, termasuk murid-murid-Nya. Pendengarnya berasal dari berbagai kalangan, baik anak-anak maupun orang tua.  Mengapa orang-orang banyak ini mengikuti Yesus? Jikalau kita melihat dalam perikop sebelumnya, kita bisa mengetahui bahwa orang-orang ini mengikuti Yesus karena sebelumnya Yesus telah mengadakan mujizat dengan menyembuhkan orang-orang sakit. Yesus menjadi terkenal karena Ia mengadakan mujizat dan menyembuhkan orang-orang sakit. Selain itu juga Yesus memberitakan injil di dalam rumah-rumah ibadat maupun di tempat mana saja yang memungkinkan. Dalam Pasal 5 ini kita melihat bahwa Yesus mengajar orang banyak dan murid-muridNya di atas bukit.


Yesus tidak mau orang banyak mengikuti Dia hanya karena tanda-tanda atau mujizat yang telah diadakan-Nya. Akan tetapi, lebih dari itu, Yesus ingin paradigma atau cara pandang dan cara pikir dari murid-muridNya maupun orang banyak itu diubahkan. Yesus ingin mengubah cara pandang dan cara piker dari murid-muridNya aupun orang banyak itu. Dalam hal ini, Yesus mengajar mereka dengan ucapan-ucapan bahagia.

Di dalam Matius 5 ayat 1-12 ini, ada 10 ucapan berbahagia:



1.)    "Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.” (Matius 5:3) 

Kata berbahagia dalam ayat ini berasal dari kata makarioi. Kata ini bisa diterjemahkan dengan arti beruntunglah, diberkatilah dan berbahagia. Jadi bisa dikatakan beruntunglah, diberkatilah dan berahagialah orang yang miskin di hadapan Allah. Kata miskin di sini barasal dari kata ptokoi yang berarti orang miskin, yang tidak punya rumah dan tidak punya banyak uang. Mengapa Yesus mengatakan berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah? Jikalau kita melihat pada masa Yesus hidup, sebagian besar orang-orang yang mengikuti Yesus dan menerima pengajarannya adalah golongan ptokoi, yaitu orang miskin. Begitu juga sebagian besar orang-orang yang mengalami mujizat baik disembuhkan dari kelumpuhan, kebutaan atau dibebaskan dari rasukan iblis adalah orang-orang dari golongan ptokoi ini.


Jikalau kita membandingkan cara hidup orang kaya dan orang miskin, kita bisa melihat perbedaan. Orang miskin identik dengan penderitaan. Hal ini membuat orang miskin lebih dapat berserah penuh kepada pertolongan Allah. Orang miskin cenderung berpikir bahwa dunia ini bukan rumah mereka karena di dunia ini mereka mengalami penderitaan. Orang miskin merindukan suatu rumah yang abadi, di mana mereka tidak lagi mengalami pernderitaan, yaitu Surga. Berbeda dengan orang kaya, seringkali orang kaya cenderung merasa sombong dengan miliknya, orang kaya cenderung berharap pada kekayaannya, orang kaya lebih gampang terikat dengan dunia ini dan kenikmatannya sehingga mereka cenderung untuk membangun “surga” di dunia ini dengan kekayaannya. Hal ini dapat membuat orang kaya dapat melupakan surga yang sebenarnya.     


Ada suatu kisah di dalam Matius 19 tetang seorang muda yang kaya, ia bertanya kepada Yesus: apa yang harus diperbuatnya untuk mendapatkan hidup yang kekal. Yesus mengatakan supaya ia tidak berzinah, tidak mencuri, tidak berbohong, menghormati orang tua dan kasihilah sesama. Kemudian orang muda itu berkata bahwa ia telah melakukan semuanya itu. Yesus kemudia berkata kepada orang muda itu untuk menjual hartanya dan membagikannya kepada orang miskin. Akan tetapi, orang muda itu sedih dengan perkataan Yesus karena hartanya banyak. Dalam hal ini, kekayaan seseorang dapat menjadi penghalang baginya untuk mengikut Allah dan mendekat kepada Allah.



2.)      "Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur." (Matius 5:4)

Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur. Banyak hal yang dapat membuat seseorang berdukacita. Seseorang bisa berdukacita karena kematian orang lain. Seseorang bisa berdukacita karena dosa dan pelanggaran yang telah dilakukannya. Seseorang  bisa berdukacita karena penderitaan yang dialaminya. Orang yang berdukacita karena kematian seseorang akan dihiburkan oleh Allah. Orang yang berdukacita karena dosa dan pelanggarannya akan dihiburkan karena dukacita itu akan menghasilkan pertobatan. Orang yang berdukacita karena penderitaan yang dialaminya selama di dunia ini juga akan dihiburkan oleh Allah. Allah akan menyediakan suatu tempat kekal bagi mereka di mana tidak akan ada ratap tangis lagi dan tidak akan ada maut/kematian lagi di situ. 



3.)    "Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi." (Matius 5:5)

Kata lemah lembut ini berasal dari kata praeis yang bisa berarti lembut, rendah hati. Kelembutan adalah kesabaran ketika mengalami kerugian atau dirugikan oleh orang lain. Lembut juga bisa berarti tidak membalas kesalahan orang lain.


4.)     "Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan." (Matius 5:6)

Lapar dan haus akan kebenaran. Sebagaimana tubuh jasmani memerlukan makanan, tubuh rohani juga memerlukan makanan. Orang yang menjadikan kebenaran sebagai makanannya dan minumannya akan dipuaskan. Sebagaimana yang Yesus katakan bahwa makanan-Nya adalah melakukan kehendak Allah.



5.)     "Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan." (Matius 5:7)       

Kata murah hati di sini berasal dari kata elemones. Murah hati adalah sikap mau mengasihi. Murah hati juga tidak hanya menyangkut memberi sesuatu kepada orang lain tetapi juga mencakup tindakan memberi pengampunan seperti yang Yesus ajarkan dalam Doa Bapa Kami tentang mengampuni sesama.



6.)      "Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah." (Matius 5:8)

Suci hati juga berarti murni hati. Kita mengetahui bahwa hati adalah pusat kehidupan manusia. Dari hati timbul pikiran jahat atau pikiran baik. Oleh karena itu, seperti yang tertulis kitab Amsal 4:23,  "jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan karena dari situlah terpancar kehidupan."



7.)     "Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah." (Matius 5:9)

Orang yang membawa damai, orang yang membuat kedamaian akan disebut anak-anak Allah. Kita bisa melihat di sini bahwa salah satu ciri dari Anak Allah adalah membawa damai dan bukan membawa permusuhan.



8.)     "Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga." (Matius 5:10)

Orang yang dianiaya oleh karena kebenaran akan memiliki kerajaan Allah. Penganiayaan yang dialami tidak hanya bersifat jasmani saja tetapi bisa juga penganiayaan secara psikis atau psikologis. Penganiayaan secara jasmani akan menghasilkan luka jasmani sedangkan penganianyaan psikis juga akan menyebabkan luka-luka batin. Yesus adalah contoh pribadi yang mengalami penganiayaan demi kebenaran.



9.)     "Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat." (Matius 5:11)

Berbahagialah orang yang dicela dan difitnah oleh karena nama Allah.



10.)    "Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu." (Matius 5:12)

Yesus menyuruh untuk bersukacita dan berbahagia, karena orang yang melakukan Firman Allah upahnya besar di Sorga. 



Jikalau kita melihat satu-persatu ucapan Yesus ini, kita bisa melihat bahwa isi dari pemberitaan Yesus ini pasti mengejutkan bagi orang lain. Karena ucapan-ucapan Yesus ini berbeda dengan cara pandang dan cara pikir orang secara umum. Yesus mengatakan bahwa:



●    diberkatilah, berbahagialah, orang yang miskin

●    diberkatilah, berbahagialah orang yang berdukacita

●    diberkatilah, berbahagialah orang yang dianiaya karena kebenaran



Pemberitaan Yesus lain dari pada pandangan orang pada saat itu. Yesus menyuruh orang yang miskin untuk berbahagia. Yesus menyuruh orang yang berdukacita untuk berbahagia. Yesus menyuruh orang yang dianiaya untuk berbahagia. Pikiran Yesus sepertinya berlawanan dengan pandangan umum. Di sini kita bisa melihat bahwa Yesus ingin merubah cara pandang dan cara pikir orang-orang yang mengikuti-Nya. Yesus tidak mau orang-orang banyak mengikuti-Nya hanya karena mujizat dan tanda-tanda yang telah diadakannya, tetapi lebih dari itu Yesus mau agar murid-murid-Nya dan orang-orang banyak itu memiliki cara pandang dan cara pikir yang baru sama seperti Yesus.


Dari ke-10 ucapan berbahagia tersebut, kita bisa melihat bahwa inti dari kebahagiaan adalah ketika seseorang memiliki Kerajaan Sorga. Orang yang berbahagia adalah orang yang empunya Kerajaan Sorga. Kebahagiaan yang sejati adalah ketika seseorang memiliki Kerajaan Sorga. Inilah yang diberitakan oleh Yesus dalam Matius 6:33 yaitu supaya kita mencari Kerajaan Allah dan kebenarannya. Selanjutnya di dalam Roma 14:17, Rasul Paulus menjelaskan bahwa Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus. Carilah kebahagiaan yang sejati itu...

Amin….   

   


   

Yunus : Ucapan Syukur



Yunus 2:1-10

1 Berdoalah Yunus kepada TUHAN, Allahnya, dari dalam perut ikan itu,
2 katanya: "Dalam kesusahanku aku berseru kepada TUHAN, dan Ia menjawab aku, dari tengah-tengah dunia orang mati aku berteriak, dan Kaudengarkan suaraku.
3 Telah Kaulemparkan aku ke tempat yang dalam, ke pusat lautan, lalu aku terangkum oleh arus air; segala gelora dan gelombang-Mu melingkupi aku.
4 Dan aku berkata: telah terusir aku dari hadapan mata-Mu. Mungkinkah aku memandang lagi bait-Mu yang kudus?
5 Segala air telah mengepung aku, mengancam nyawaku; samudera raya merangkum aku; lumut lautan membelit kepalaku
6 di dasar gunung-gunung. Aku tenggelam ke dasar bumi; pintunya terpalang di belakangku untuk selama-lamanya. Ketika itulah Engkau naikkan nyawaku dari dalam liang kubur, ya TUHAN, Allahku.
7 Ketika jiwaku letih lesu di dalam aku, teringatlah aku kepada TUHAN, dan sampailah doaku kepada-Mu, ke dalam bait-Mu yang kudus.
8 Mereka yang berpegang teguh pada berhala kesia-siaan, merekalah yang meninggalkan Dia, yang mengasihi mereka dengan setia.
9 Tetapi aku, dengan ucapan syukur akan kupersembahkan korban kepada-Mu; apa yang kunazarkan akan kubayar. Keselamatan adalah dari TUHAN!"
10 Lalu berfirmanlah TUHAN kepada ikan itu, dan ikan itu pun memuntahkan Yunus ke darat 

Perikop di atas menceritakan tentang Yunus yang berdoa di dalam perut ikan. Di dalam doanya, Yunus mengucap syukur kepada Allah. Dalam pasal sebelumnya, dijelaskan bagaimana Yunus dipanggil Allah untuk menyampaikan Firman Allah kepada penduduk Niniwe supaya mereka berbalik kepada Allah dan bertobat. Akan tetapi, Yunus tidak menaati Allah dan lari dari panggilan Allah. Allah menyuruhnya untuk pergi ke Niniwe, tetapi dia hanya pergi ke Tarsis. Niniwe adalah sebuah kota besar yang terletak di sebelah Timur Israel, sedangkan Tarsis berada di sebelah Barat dekat Spanyol. Allah menyuruh Yunus pergi ke daerah Timur, Ninewe, tetapi dia hanya melarikan diri jauh dari hadapan Tuhan ke arah Barat, Tarsis. Yunus berbelok 180° dari perintah Allah.

Ketidaksetiaan dan ketidakpatuhan Yunus ini mendapat ganjaran dari Allah dengan membiarkannya ditelan oleh ikan yang besar dan berada di dalam perut ikan itu selama 3 hari 3 malam. Akhirnya, ganjaran dari Allah ini membuat Nabi Yunus menjadi sadar dan menyesal atas apa yang telah dilakukannya. Namun, satu hal yang perlu kita contohi dari Nabi Yunus ini adalah ketika dia menderita berada di dalam perut ikan selama 3 hari 3 malam, Yunus berdoa kepada Allah. Di dalam doanya, Yunus mengucap syukur kepada Allah dan bukannya mengeluh atas apa yang terjadi. Di dalam doanya tersingkap nada penyesalan Yunus atas apa yang telah dilakukannya.

Hal inilah yang akan kita pelajari dari Yunus: walaupun dalam keadaan susah dan sulit, Yunus tetap mengucap syukur dalam doanya ketika ia berdoa di dalam perut ikan. Bagaimanakah Yunus mengucap syukur:

1.      Yunus mengucap syukur atas apa yang ia alami

Yunus menyadari bahwa apa yang ia alami, ditelan oleh ikan ialah karena kesalahannya sendiri. Ia tidak setia dan tidak taat kepada perintah dan panggilan Allah. Ia menyadari dan menerima apa yang dialaminya karena itu adalah kesalahannya sendiri. Oleh karena itu, dalam masa kesusahannya, ia berseru kepada Tuhan dari dalam perut ikan. Akan tetapi, dalam kesusahannya dan penderitaannya, Yunus tetap mengucap syukur.  

Sebagaimana yang telah ditulis oleh Rasul Paulus di dalam I Tesalonika 5:18: “Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Yesus Kristus bagi kamu.” Rasul Paulus menulis kepada Jemaat di Tesalonika supaya mereka bersyukur dalam segala hal. Kehendak Allah bagi manusia adalah supaya manusia bersyukur dalam segala hal. Rasul Paulus ingin agar jemaat di Tesalonika ini bersyukur dalam segala hal. Karena dengan mengucap syukur dalam segala hal, mereka melakukan kehendak Allah.

Bukan hal yang mudah untuk tetap mengucap syukur di tengah keadaan dan kenyataan yang sulit. Hal yang perlu kita contoh dari Yunus adalah ia tetap mengucap syukur walaupun berada dalam situasi yang sulit. Bagaimana kita membayangkan keadaan di dalam perut ikan? Jikalau kita membayangkan keadaan di dalam perut ikan, hal yang kita temui adalah bau anyir di dalam perut ikan, keadaan perut ikan yang pengap membuatnya sulit bernafas, keadaan perut ikan yang gelap tidak bisa melihat apa-apa. Mungkin Yunus pada saat itu mengalami ketakutan yang luar biasa berada di dalam perut ikan. Akan tetapi, ditengah semua yang dia alami di dalam perut ikan itu, dia berdoa dan bersyukur kepada Allah dalam kesulitannya/kesusahannya. Seburuk atau sesulit apapun kehidupan kita sebagai anak Tuhan, Tuhan telah mengaruniakan apa yang baik dalam kehidupan kita, baik itu kesehatan, keluarga, dan lain-lain. Firman Allah mengajarkan kita untuk fokus kepada hal-hal yang baik yang telah kita terima dari Allah. Firman Allah juga mengajarkan kita untuk mengucap syukur dalam segala keadaan. Yunus mengucap syukur kepada Allah atas apa yang ia alami. Dia tidak protes dan tidak komplain kepada Allah atas apa yang dialaminya.

 
2.     Yunus mengucap syukur dengan iman

Dengan iman Yunus mengucap syukur kepada Allah, bahwa keselamatan adalah dari Allah (ayat 9). Di dalam doa ucapan syukurnya, Yunus mengatakan bahwa ia akan membayar nazarnya dan dia meyakini bahwa Allah adalah pertolongannya. Dia masih percaya bahwa Allah sanggup untuk menyelamatkannya jikalau Allah berkehendak untuk melakukannya. Inilah "iman" yang masih dimiliki Yunus walaupun dia menghadapi keadaan dan kenyataan yang sulit.  

Sebagaimana yang telah ditulis oleh Rasul Paulus dalam Roma 8:28 : “Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.” Dalam hal Yunus, Allah mengijinkan dia ditelan oleh ikan yang besar untuk menyadarkannya dari apa yang telah dilakukannya, yaitu menolak dan menjauh dari panggilan Allah di dalam kehidupannya. Begitu juga dengan anak-anak Tuhan, Allah dapat mengijinkan sesuatu terjadi di dalam kehidupan anak-anaknya untuk mendatangkan kebaikan bagi kehidupan anak-anakNya. Allah dapat mengijinkan persoalan, kesulitan, kesusahan maupun hal-hal lain terjadi di dalam kehidupan anak-anakNya untuk mendatangkan kebaikan bagi anak-anakNya, untuk membentuk anak-anakNya semakin serupa denganNya dan untuk membentuk karakter dari anak-anakNya. Walaupun kita mengalami banyak penderitaan, pencobaan, kita percaya bahwa Allah sanggup mengubah semuanya itu menjadi indah pada waktunya.

Berbicara mengenai ucapan syukur, ada beberapa ciri-ciri yang menjadi kelebihan dari orang yang suka mengucap syukur, yaitu:

1.) Tetap memuji Tuhan dan berterima kasih kepada Tuhan baik dalam keadaan suka maupun dalam keadaan duka. Tidak hanya dalam saat suka orang dapat bersyukur kepada Tuhan, melainkan juga saat duka orang dapat mengucap syukur kepada Allah, karena ucapan syukur adalah sikap hati yang menerima segala kedaulatan Allah yang kemudian tercermin dalam perkataan dan sikap hidup yang memuliakan Allah

2.) Tidak menuduh orang lain atau melempar kesalahan kepada orang lain atas kegagalan, penderitaan atau kesusahan yang dialaminya.

3.) Mau menerima semua keadaan walaupun hal itu tidak sesuai dengan keinginan kita, tidak sesuai dengan harapan kita maupun di luar dugaan kita.

Dari ciri-ciri tersebut, kita bisa melihat bahwa orang yang mau mengucap syukur adalah tanda dari pribadi yang kuat, karena dia bisa menerima segala hal baik yang sesuai dengan harapannya maupun yang tidak sesuai dengan harapannya.

Ada seorang pendeta mengatakan bahwa ucapan syukur adalah "ekspresi iman tertinggi" dari seseorang. Mengucap syukur berarti menerima sepenuhnya apa yang terjadi dalam kehidupan kita, meskipun hal itu tidak sesuai dengan keinginan kita. Orang yang mengucap syukur adalah orang yang meluaskan Allah dan kuasaNya bekerja di dalam kehidupannya . Sebaliknya, mengeluh atau menggerutu merupakan sikap tidak menyukai atau bahkan menolak apa yang terjadi di dalam kehidupannya. Orang yang mengeluh adalah orang yang menghalangi atau bahkan menolak Allah dan kuasaNya bekerja di dalam kehidupannya  melalui setiap peristiwa yang terjadi di dalam kehidupannya.

Kisah Yunus ini mengajarkan kita untuk tetap mengucap syukur ketika sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginan kita terjadi di dalam kehidupan kita. Sebagai murid Kristus, kita mengimani bahwa Allah turut bekerja di dalam segala perkara untuk mendatangkan kebaikan bagi setiap orang yang mengasihi Dia. Allah juga menuntut kita untuk taat kepadaNya dalam segala hal.
Amin.