Sebagai
murid Kristus, Alkitab menggambarkan bahwa kita tidak hanya disebut sebagai anak
Allah, kekasih Allah, sahabat Allah, melainkan juga sebagai hamba
Allah. Sebagai anak Allah, kita berhak menerima janji Allah dan
menjadi ahli waris Allah dalam kerajaan-Nya yang kekal. Sebagai kekasih
Allah, kita harus setia kepada Allah dan jangan menduakan-Nya. Sebagai sahabat
Allah, kita memiliki hubungan yang akrab dengan Allah dan mengetahui
hal-hal yang rahasia dari Allah. Begitu juga, sebagai hamba Allah, kita
harus menaati apa yang diperintahkan oleh Allah.
Tuhan
Yesus sering kali menggunakan perumpamaan-perumpamaan dalam menjelaskan
pengajaran-Nya kepada murid-murid-Nya maupun kepada orang lain yang
mendengarkan-Nya. Dari perumpamaan-perumpamaan tersebut, ada yang berbicara
tentang hubungan antara hamba dan tuan. Ada hal-hal menarik yang bisa kita
pelajari dari hubungan antara seorang tuan dan hambanya.
Bagaimanakah
cara hidup seorang hamba? Bagaimanakah gaya hidup menghamba? Melalui beberapa
perumpamaan dari Tuhan Yesus di bawah ini, kita akan mempelajari bagaimana cara
hidup menghamba dan aspek-aspek yang ditekankan sebagai seorang hamba.
1.
Kepatuhan Total
Di
dalam Lukas 14:16-24 terdapat suatu perumpamaan yang menceritakan
tentang seorang tuan yang mengadakan perjamuan. Tuan ini menyuruh hambanya
untuk mengundang orang lain datang ke pestanya. Akan tetapi, para undangannya
tidak bisa datang. Lalu tuan itu pun menyuruh hamba-hambanya untuk membawa
orang miskin, orang buta, orang lumpuh, siapapun yang hamba itu temui di jalan.
Di dalam perumpamaan ini, diceritakan mengenai hamba yang menjalankan perintah
tuannya dengan patuh apapun yang disuruh oleh tuannya. Salah satu aspek yang
bisa ditarik dari perumpamaan ini adalah kepatuhan total. Seorang hamba harus
memiliki kepatuhan total terhadap perintah tuannya.
2. Mau
Lelah
Di
dalam Lukas 17:7-10 dijelaskan mengenai seorang hamba ditugaskan
untuk membajak dan menggembalakan ternak tuannya di ladang. Setelah pulang di
rumah tuannya, hamba itu kemudian menyediakan makanan untuk tuannya. Setelah
tuannya itu selesai makan, barulah hamba itu makan. Hamba itu melakukan
semuanya itu karena sudah menjadi tugasnya. Salah satu aspek yang bisa ditarik
dari perumpamaan ini adalah mau lelah. Seorang hamba harus mau lelah untuk
menyelesaikan semua tugas dan tanggung jawabnya.
3. Jujur
Di
dalam Lukas 19:11-27 dijelaskan mengenai hamba-hamba disuruh oleh
tuannya untuk berdagang dengan memberikan masing-masing uang 1 mina untuk
dijadikan modal berdagang. Ada hamba yang berhasil menghasilkan 10 mina dan ada
juga yang berhasil menghasilkan 5 mina. Seluruh laba dari hasil berdagang itu
mereka serahkan kepada tuannya. Tidak ada yang disimpan atau dikantongi oleh
hamba-hamba ini. Mereka mengembalikan apa yang dipinjamkan dan apa yang
dihasilkan dari usaha berdagang kepada tuannya. Salah satu aspek yang bisa
ditarik dari perumpamaan ini adalah kejujuran. Seorang hamba harus memiliki
kejujuran dalam melaksanakan tugas yang dipercayakan kepadanya.
4.
Kesetiaan
Dalam
Matius 25:14-30 dijelaskan mengenai seorang tuan yang
mempercayakan hartanya kepada hamba-hambanya. Ada hamba yang dipercayakan 5
talenta, ada hamba yang dipercayakan 2 talenta dan ada juga hamba yang hanya
dipercayakan 1 talenta. Yang menjadi catatan adalah hamba-hamba ini
dipercayakan sesuai dengan kesanggupannya. Hamba yang dipercayakan 5 talenta
menghasilkan laba 5 talenta. Hamba yang dipercayakan 2 talenta menghasilkan
laba 2 talenta. Akan tetapi, hamba yang dipercayakan 1 talenta itu hanya
menyembunyikan harta tuannya dalam tanah. Hamba yang dipercayakan 5
talenta dan 2 talenta itu menjalankan uang tuannya dengan setia. Sedangkan
hamba yang dipercayakan 1 talenta itu hanya bermalas-malas saja dan menyimpan
uang tuannya di dalam tanah. Hamba-hamba yang beroleh laba diberikan tanggung
jawab yang lebih besar karena sudah setia dalam perkara kecil, sedangkan hamba
yang tidak setia itu dicampakkan ke dalam kegelapan yang paling gelap. Salah
satu aspek yang bisa ditarik dari perumpamaan ini adalah kesetiaan. Seorang
hamba harus memiliki kesetiaan terhadap apa yang dipercayakan tuannya.
5. Mau
Mengampuni
Dalam
Matius 18:23-35 dijelaskan mengenai seorang tuan yang mengadakan
perhitungan dengan hamba-hambanya. Ada hamba yang berhutang 10.000 talenta (60.000.000 dinar) kepada tuannya, tetapi dia tidak
mampu melunaskan hutangnya itu. Tuan itu hendak menjual hamba itu beserta
anak-isterinya sebagai pembayar hutang. Akan tetapi, karena hamba ini meminta
belas kasihan tuannya, tuan itu tergerak untuk membebaskan dan menghapuskan
hutang hambanya itu. Ketika hamba itu keluar, dia bertemu dengan hamba lain
yang hanya berhutang 100 dinar kepadanya dan menjebloskannya ke dalam penjara.
Melihat itu, kawan-kawannya yang lain sangat sedih dan menyampaikan apa yang
terjadi kepada tuan itu. Ketika tuan itu mengetahui hal ini, maka marahlah
tuannya itu dan menyerahkannya kepada algojo-algojo. Salah satu aspek yang bisa
ditarik dari perumpamaan ini adalah mau mengampuni. Sebagaimana hamba ini sudah
diampuni oleh tuannya, ia juga harus mengampuni hamba-hamba yang lainnya.
6. Upah
Sebagai Anugerah
Di
dalam Matius 20:1-16 dijelaskan tentang seorang tuan yang mencari
pekerja-pekerja harian untuk bekerja di kebun anggurnya. Ada yang bekerja sejak
pagi-pagi benar, pukul 9 pagi, pukul 12 siang, pukul 3 petang dan yang terakhir
pukul 5 petang. Akan tetapi, ketika tiba saatnya untuk membayar upah, setiap
pekerja mendapat upah yang sama. pekerja-pekerja yang masuk terlebih dahulu
bersungut-sungut karena mereka mendapat upah yang sama dengan pekerja yang
masuk terakhir, yaitu 1 dinar. Salah satu aspek yang bisa ditarik dari
perumpamaan ini adalah menerima upah sebagai anugerah. Seorang pekerja/hamba
harus menerima upah yang diberikan tuannya dengan ucapan syukur; jangan
bersungut-sungut, apalagi menuntut lebih. Upah yang diberikan oleh tuan itu
bukan karena banyaknya yang dikerjakan atau lamanya bekerja, tetapi hanya
karena anugerah.
7.
Berjaga-jaga
Di
dalam Lukas 12:36-40 dijelaskan mengenai seorang hamba yang
berjaga-jaga menunggu tuannya pulang dari perkawinan. Hamba ini tidak
mengetahui kapan tuannya pulang apakah pada waktu tengah malam atau dini
hari. Berbahagialah hamba-hamba yang berjaga-jaga. Jika tuannya pulang
entah itu pada tengah malam atau pada dini hari, ia bisa menyambut kepulangan
tuannya dan membukakannya pintu. Salah satu aspek yang bisa ditarik dari
perumpamaan ini adalah berjaga-jaga. Seorang hamba harus berjaga-jaga menunggu
tuannya akan pulang itu dan membukakannya pintu.
Dari
beberapa perumpamaan tersebut, kita bisa mengetahui bagaimana gaya hidup yang
dituntut dari seorang hamba. Itulah yang diperbuat oleh seorang hamba. Ada
spesifikasi tertentu yang harus dipenuhi oleh seseorang ketika dia menjadi
hamba.
Lalu
bagaimana dengan Yesus? Yesus sendiri mempraktekan gaya hidup menghamba. Yesus
memberi contoh dan teladan kepada para murid-Nya bagaimana menjalankan hidup
menghamba. Yesus melayani murid-murid-Nya; Yesus membasuh kaki para murid-Nya;
Yesus rela hidup dalam kesederhanaan; Yesus pergi dari satu tempat ke tempat
lain untuk memberitakan Kerajaan Allah dengan mengabaikan rasa lelah; Yesus
rela dibenci, difitnah diludahi; Yesus taat kepada perintah Bapa untuk
mewujudkan visi dan misi-Nya sampai mati di kayu salib, Yesus mengampuni
orang-orang yang menyalibkan-Nya.
Menjadi
hamba adalah suatu panggilan dari Tuhan. Memang tidak gampang menjadi hamba.
Ada hal yang harus dilakukan dan ada hal yang harus dikorbankan. Tuhan
Yesus berkata: “Barangsiapa ingin menjadi yang terkemuka di antara kamu,
hendaklah ia menjadi hamba…” (Markus 10:44). Inilah rahasia menjadi hamba
Kristus. Dalam pandangan Allah, posisi kita menjadi terkemuka dengan menjadi hamba Kristus.