Matius 11:28-30
“Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan.”
“Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan.”
Jiwa yang tenang adalah
salah satu kebutuhan utama setiap manusia. Hal ini dijelaskan oleh salah satu
ahli psikologi yang bernama Abraham H. Maslow asal New
York.
Menurutnya, kebutuhan akan rasa aman itu termasuk ke dalam kebutuhan “Deficit
Needs”. Jikalau kebutuhan ini tidak terpenuhi, maka manusia akan merasakan
kekurangan. Hal yang tergolong dalam kebutuhan deficit needs ini adalah
makan, minum, rasa aman, kasih sayang.
Yesus menyadari bahwa salah
satu kebutuhan manusia adalah ketenangan. Oleh karena itu, Allah sendiri
menawarkan ketenangan itu kepada manusia. Di dalam Perjanjian Lama (PL), Allah
menawarkan ketenangan kepada umatNya dengan syarat menempuh jalan yang baik,
jalan yang dahulu kala (Yeremia 6:16). Begitu juga, dalam Perjanjian Baru (PB),
Yesus Kristus sendiri yang adalah Jalan, Kebenaran
dan Hidup menawarkan ketenangan itu kepada kita (Matius
11:28-30).
Di dalam ayat 28, Yesus
mengundang kita untuk datang kepada-Nya. Ajakan dan undangan dari Yesus ini
memerlukan respons dari kita. Datang kepada Allah merupakan respons atau
tindakan aktif dari kita untuk mencari Allah atau mendekati Allah.
Di dalam ayat 29, Yesus
mengundang dan mengajak kita untuk memikul kuk. Apakah yang dimaksud dengan
memikul kuk? Sebelumnya, apakah kuk itu? Menurut KBBI, kuk adalah kayu yang
dipasang di tengkuk lembu/kerbau untuk menarik bajak, pedati. Dengan
menggunakan kuk, lembu dapat dipakai untuk membajak sawah, menarik gerobak, dan
lain-lain.
Yesus menawarkan kelegaan.
Sinonim dari kata kelegaan adalah ketenangan. Yesus juga menawarkan ketenangan
kepada murid-murid-Nya dan juga kepada kita semua. Dalam hal ini, Yesus
menawarkan ketenangan dengan cara memikul kuk. Sepertinya ajaran Yesus ini
berbeda dari yang lainnya. Yesus menawarkan ketenangan dengan jalan memikul
kuk. Jikalau kita memikirkan tentang kuk, hal yang terpintas di pikiran kita
mungkin adalah beban, masalah. Bagaimana mungkin seseorang dapat merasa tenang
ketika berada dalam masalah atau ketika memiliki beban. Akan tetapi,
justru itulah yang ditawarkan oleh Yesus. Yesus menawarkan ketenangan di
tengah-tengah masalah atau beban. Yesus meminta kita sebagai orang yang percaya
untuk memikul kuk. Ini adalah perintah dari Yesus sendiri kepada kita,
murid-murid-Nya. Jikalau kita tidak memikul kuk, kita tidak layak bagi-Nya.
Lalu apakah yang dimaksud
dengan “memikul kuk”? Ada
3 hal yang berhubungan dengan memikul kuk…
1.)
Menaklukkan diri (menjadi hamba)
Kuk adalah balok kayu yang
diletakkan di atas pundak lembu/sapi. Ketika lembu itu mengenakan kuk, itu
berarti lembu itu siap menaklukan diri kepada tuannya. Begitu juga ketika
seseorang memikul kuk dari Tuhan, itu berarti dia siap untuk menaklukan dirinya
kepada Tuhan. Dengan kata lain, menjadi hambanya Tuhan. Ketika kita menaklukan
diri kepada Tuhan atau menjadi hambanya Tuhan, kita wajib menuruti perintah
dari Tuhan. Seorang hamba yang taat, akan dikasihi oleh tuannya dan akan
mendapat upah dari tuannya, sedangkan hamba yang jahat akan mendapat hukuman
dari tuannya.
Menjadi hamba mengakibatkan
ada hak-hak seseorang yang hilang. Begitu juga, ketika kita menjadi hamba
Allah, ada hal-hal penting dalam hidup kita yang dapat hilang, mungkin itu hak,
pekerjaan, kedudukan, harta, hubungan keluarga atau hubungan sesama. Ketika
kita menjadi percaya kepada Tuhan, mungkin orang tua atau keluarga kita
membenci kita. Ketika kita mengikut Tuhan, kedudukan kita dicabut, dan
lain-lain. Akan tetapi, Allah menganugerahkan hal yang lebih dari sesuatu yang
hilang itu, yaitu hidup yang kekal dan keselamatan dalam Kerajaan-Nya yang
kekal.
2.
) Siap bekerja
Kuk adalah sebatang kayu
yang diletakkan di atas lembu atau sapi. Jika kuk tersebut telah diletakkan di
atas binatang itu, berarti binatang tersebut sudah siap untuk bekerja. Yesus
mengundang kita untuk bekerja. Bekerja untuk Tuhan. Allah menyuruh kita untuk
bekerja dan berkarya. Dalam bahasa Ibrani, kata "pekerjaan" berasal
dari kata “mela`kah” (מְלָאכָה). Kata ini berasal dari turunan kata “mala`k”
(מַלְאָך), yang artinya adalah pekerja, pesuruh/malaikat.
Kita semua adalah
pekerja-pekerja Allah. Kita semua adalah "malaikat-malaikat" Allah
dalam arti pekerja Allah atau pesuruh Allah. Apapun yang kita kerjakan selama
tidak bertentangan dengan Firman Allah, itu adalah pekerjaan yang Tuhan suruh
untuk kita kerjakan.
Bekerja untuk Tuhan bukan
berarti harus melayani di mimbar atau menjadi pendeta. Apapun pekerjaan kita,
kita bekerja untuk Tuhan. Apa yang terjadi kalau semua orang menjadi pendeta?
Siapa yang akan menjadi dokter, insinyur, petani atau pedagang?
Allah memberikan kepada
setiap kita pekerjaan masing-masing. Sebagai karyawan, kita bekerja
dengan giat dan sungguh-sungguh. Sebagai pedagang, kita berdagang dengan baik
dan tidak curang. Sebagai petani, kita bercocok tanam dengan rajin dan tekun.
Apapun yang kita kerjakan, kita kerjakan untuk Tuhan.
3.)
Berpartner dengan Allah
Kuk biasanya diletakkan di
atas sepasang lembu. Jika kita menempatkan diri sebagai lembu yang pertama,
siapakah “lembu yang ke dua”? Lembu yang kedua menggambarkan Yesus Kristus.
Allah ingin kita berpartner dengan Dia. Allah ingin agar kita melibatkan Dia dalam
segala apa yang kita kerjakan.
Memikul kuk tersebut
tidaklah mudah. Akan tetapi, kita mengetahui bahwa ada “lembu yang kedua” yang
menggambarkan Yesus Kristus. Dia turut bersama-sama dengan kita dalam memikul
kuk kita, sehingga kuk kita menjadi "enak" dan "ringan",
seperti yang tertulis dalam Matius 11:30.
Amin…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar