Pada pagi-pagi hari dalam perjalanan-Nya kembali ke kota, Yesus merasa lapar. Dekat jalan Ia melihat pohon ara lalu pergi ke situ, tetapi Ia tidak mendapat apa-apa pada pohon itu selain daun-daun saja. Kata-Nya kepada pohon itu: “Engkau tidak akan berbuah lagi selama-lamanya!” Dan Seketika itu juga keringlah pohon ara itu. Melihat kejadian itu tercenganglah murid-murid-Nya, lalu berkata: “Bagaimana mungkin pohon ara itu sekonyong-konyong menjadi kering?” Yesus menjawab mereka: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu percaya dan tidak bimbang, kamu bukan saja akan dapat berbuat apa yang kuperbuat dengan pohon ara itu, tetapi juga jikalau kamu berkata kepada gunung ini: Beranjaklah dan tercampaklah ke laut! Hal itu akan terjadi. Dan apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan, kamu akan menerimanya.”
Dalam perikop ini, kita membaca
mengenai Kisah Yesus yang mengutuk pohon ara. Sebelumnya, Yesus dan
murid-murid-Nya bermalam di Betania, dimana pada hari sebelumnya Yesus mengusir
orang-orang yang berdagang di bait Allah. Setelah Yesus dan murid-murid-Nya
bermalam di Betania, mereka pun segera berjalan berangkat menuju ke kota. Dalam
perjalanan mereka menuju ke kota, Yesus pun merasa lapar. Kita melihat di sini
bahwa Yesus merasa lapar. Yesus adalah 100% manusia dan 100% Allah, oleh karena
itu dalam keberadaan-Nya sebagai manusia Yesus merasa lapar sama seperti
manusia lainnya. Yesus perlu makan sama seperti juga murid-murid-Nya. Ketika
Yesus melihat pohon ara di pinggir jalan dalam perjalanan mereka, Yesus pun
hendak mencari makan dari buah pohon ara itu, siapa tahu pohon ara itu memiliki
buah. Yesus melihat pohon ara yang berdaun lebat itu, oleh karena itu sangat
mungkin bagi pohon ara itu memiliki buah. Akan tetapi, penampilan pohon ara
yang berdaun itu tidak menunjukkan bahwa pohon ini memiliki buah. Pohoh ara ini
tidak berbuah seperti apa yang diharapkan oleh Yesus. Oleh karena itu, Yesus
mengutuk pohon ara ini dan sekonyong-konyong pun seluruh bagian dari pohon ara
ini menjadi kering baik daun, ranting sampai akar-akarnya.
Pohon ara merupakan pohon yang
rindang. Pohon ini bisa tumbuh setinggi 4,5 sampai 6 meter. Ranting atau
cabang-cabangnya bisa merentang 7,5 sampai 9 meter ke samping. Oleh karena itu,
banyak orang yang suka berteduh di bawah pohon ini karena keteduhannya. Selain
itu juga, pohon ini memiliki daun yang lebat. Yesus berharap bahwa pohon ara
yang berdaun ini memiliki buah juga, karena diri-Nya sudah lapar. Akan tetapi,
Yesus tidak mendapatkan apa-apa dari pohon ara itu, yang Ia dapatkan hanya
daun-daunan saja yang lebat, tidak ada buahnya satu pun. Yesus dan
murid-murid-Nya adalah orang yang sederhana, mereka tidak tidak mencari makanan
yang mewah dan yang mahal, tetapi mereka hanya ingin makan untuk menghilangkan
rasa lapar mereka. Sebagai pemberita Injil/kabar baik yang berjalan dari satu
tempat ke tempat lainnya, Yesus dan murid-murid-Nya tidak makan untuk memuaskan
hawa nafsu mereka, tetapi mereka makan sesuai dengan kebutuhan mereka. Dalam
hal ini, Yesus mencari makan untuk menghilangkan rasa laparnya sebagai seorang
manusia.
Dalam hukum orang Yahudi, pohon yang
terletak di pinggir jalan bebas untuk diambil buahnya oleh setiap orang yang
lewat di jalan itu. Dalam hal ini, Yesus melewati pohon yang berada di pinggir
jalan itu. Oleh karena itu, Yesus bebas untuk mencari buah pada pohon ara itu
tanpa terkena sanksi hukum orang Yahudi. Yesus mencari makan tanpa melakukan
pelanggaran hukum. Ia mencari makan pada pohon yang berada di pinggir
jalan.
Tindakan Yesus dalam perikop ini
sepertinya semena-mena dengan membinasakan pohon ara melalui ucapan mulutnya
atau mengutuk pohon ara itu, sehingga sekonyong-konyong pohon ara itu menjadi
kering tidak hanya daunnya saja tetapi ranting-rantingnya juga, semua menjadi
kering. Pohon yang kelihatannya hijau segar, sekonyong-konyong mati menjadi
kering. Hal ini membuat murid-murid Yesus menjadi tercengang-cengang atas apa
yang telah dilakukan Yesus melalui ucapan mulut-Nya itu. Sebenarnya, apa yang
dilakukan oleh Yesus ini bukanlah suatu hal yang semena-mena, tetapi sebenarnya
melalui tindakan Yesus yang nyata ini, Yesus ingin mengajarkan sesuatu kepada
murid-murid-Nya. Yesus ingin mengajarkan prinsip-prinsip illahi kepada
murid-murid-Nya melalui tindakan yang Ia lakukan dalam perikop ini.
Apakah yang dapat kita pelajari dari
perikop ini:
1.)
Sesuatu Yang Tidak Berguna Sedang Menuju Kebinasaan
Inilah hukum kehidupan. Ini juga
adalah prinsip illahi. Sesuatu yang tidak berguna sedang menuju kebinasaan.
Segala sesuatu dapat dibenarkan keberadaannya apabila ada gunanya. Sebagai
contoh, sebatang lilin dibutuhkan karena cahayanya yang berguna untuk menerangi
kegelapan; garam dibutuhkan pada makanan karena mencegah pembusukan dan
memberikan cita rasa pada makanan. Apa yang terjadi jikalau lilin itu tidak
dapat menyala? Apa yang terjadi jikalau garam itu tidak asin lagi? Lilin dan
garam itu akan dibuang karena tidak berguna lagi. Dalam perikop tersebut,
dikisahkan bahwa pohon ara itu tidak berguna dalam arti pohon ara itu tidak
menghasilkan buah. Oleh karena itu, pohon ara itu dikutuk.
Begitu juga dengan manusia, Allah
menciptakan manusia bukan hanya begitu saja tanpa alasan atau tanpa tujuan.
Melainkan Allah menciptakan manusia dengan tujuan yang jelas. Allah menciptakan
manusia dan memanggil manusia untuk melakukan sesuatu panggilan yang jelas,
yaitu:
1. Allah memanggil manusia bukan
untuk melakukan apa yang cemar melainkan melakukan apa yang kudus (I
Tesalonika 4:7). Kita mengetahui apa definisi dari yang cemar dan yang kudus.
Alkitab menyuruh kita untuk meninggalkan apa yang cemar dan melakukan apa yang
kudus di hadapan Allah.
2. Allah memanggil manusia untuk
menyenangkan dan memuliakan Allah dalam kehidupannya (Matius 6:13; Roma
15:6). Banyak hal yang dapat kita lakukan dalam kehidupan kita untuk memuliakan
Allah. Kita dapat memuliakan Allah dengan menyembah-Nya karena Allah menghendaki
manusia menyembah-Nya dalam Roh dan Kebenaran, kita dapat memuliakan Allah
dengan mengasihi sesama karena ajaran-ajaran Yesus menekankan kasih kepada
sesama, kita dapat memuliakan Allah dengan meneladani Yesus karena Allah
menghendaki kita menjadi semakin serupa dengan Yesus, kita dapat memuliakan
Allah dengan menaati-Nya karena Allah menuntut ketaatan dari murid-murid-Nya
dan masih banyak hal lainnya yang dapat kita lakukan untuk memuliakan Allah.
Allah menciptakan manusia supaya
manusia menjadi berguna bagi kemuliaan-Nya, kehendak-Nya dan kerajaan-Nya.
Pohon ara itu tidak berguna dalam arti tidak berbuah sehingga mati kering.
Begitu juga dengan orang yang tidak berguna bagi kemuliaan Allah, orang yang
tidak berguna bagi kehendak Allah dan orang yang tidak berguna kerajaan Allah,
sedang menuju kepada kebinasaan.
2.)
Penampilan Luar Tidak Menentukan
Pohon ara yang tidak berbuah ini
menggambarkan orang percaya yang tidak berbuah. Pohon ara yang tidak berbuah
ini mengambarkan iman tanpa perbuatan. Pohon ara itu lebat daunnya, dengan
begitu juga harus ada buahnya. Akan tetapi, tidak terdapat buah pada pohon ara
itu. Penampilan luar dari pohon ara yang hijau dan lebat tidak menjamin bahwa
pohon ara ini berbuah lebat juga. Begitu juga dengan kehidupan Kekristenan,
penampilan luar tidak menentukan apakah orang Kristen itu berbuah atau tidak.
Kaya atau miskin, tua atau muda, cantik atau biasa-biasa saja, berpangkat atau
tidak berpangkat, semua penampilan luar itu tidak menjamin apakah kehidupan
Kekristenan kita bisa berbuah. Orang kaya tidak berarti bisa lebih
berbuah dari pada orang miskin. Orang cantik tidak berarti bisa lebih berbuah
dari pada yang biasa-biasa saja. Orang berpangkat tidak berarti bisa lebih
berbuah dari pada orang yang tidak berpangkat. Dari perikop ini, kita bisa
melihat bahwa Kekristenan bukanlah soal penampilan luar tetapi soal buah dari
kehidupan.
3.)
Penghakiman Mutlak Berada Di Tangan Yesus
Dalam perikop tersebut, pohon ara
itu dikutuk oleh Yesus karena tidak berbuah. Tindakan Yesus ini bukan untuk
menekankan bahwa Yesus bertindak secara semena-mena dengan mengutuk pohon ara
begitu saja. Akan tetapi, tindakan Yesus yang mengutuk pohon ara ini menekankan
bahwa penghakiman mutlak berada di tangan Yesus. Tindakan Yesus ini menunjukkan
bahwa Yesus berhak untuk menghakimi sesuatu berdasarkan penghakiman-Nya karena
penghakiman Allah adalah adil dan mutlak. Yesus menghakimi pohon ara yang tidak
berbuah itu dan akhirnya pohon itu pun menjadi kering.
Berdasarkan hal tersebut, kita bisa
mengetahui bahwa penghakiman mutlak berada di tangan-Nya. Yesus berkuasa
memelihara. Yesus berkuasa menjaga. Akan tetapi, Yesus juga berkuasa untuk
menghancurkan dan membinasakan. Dalam hal ini, Yesus membinasakan pohon ara itu
melalui perkataan-Nya. Akan tiba saatnya, bahwa Yesus datang bukan untuk
memelihara atau menjaga, tetapi Yesus akan datang sebagai hakim yang
membinasakan bagi orang yang tidak berbuah dalam kehidupannya.
Pada saat ini, kita boleh belajar
dari Firman Allah. Firman Allah boleh menegur kita, Firman Allah meluruskan
kita, Firman Allah mengkoreksi kita. Melalui perikop yang baru saja kita baca,
ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan:
- Allah menginginkan agar kita menjadi murid-Nya yang berguna dengan menjalankan panggilan-Nya dalam kehidupan kita.
- Allah ingin agar kita menjadi orang percaya yang berbuah dalam kehidupan kita.
- Allah ingin agar kita mengakui bahwa Dia adalah hakim yang adil yang akan menghakimi semua manusia menurut perbuatannya.