TUBUH MANUSIA SEBAGAI BAIT ALLAH
1 Korintus 3:16
Tidak tahukah kamu, bahwa kamu
adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu?
Rasul
Paulus menulis kepada jemaat di Korintus bahwa “kamu adalah bait Allah”. Bait
Allah artinya rumah Allah atau kediaman Allah. Kata Bait berasal dari kata nahos dalam bahasa Yunani yang berarti
rumah, kuil atau tempat kediaman sesuatu yang ilahi (dwelling place for a divine being). Merupakan suatu hal yang istimewa dan luar biasa
bahwa tubuh manusia disebut sebagai bait Allah, tempat kediaman Allah. Bait
Allah di sini tidak menunjuk kepada bangunan fisik, tetapi mengacu kepada
pribadi manusia itu sendiri.
Apakah
implikasinya, ketika tubuh manusia disebut sebagai bait Allah? Apakah yang
harus kita perhatikan dan lakukan jikalau diri kita ini adalah bait Allah? Kita
akan membahas hal ini dalam beberapa poin:
1.) Sebagai bait Allah, Allah menghargai dan mempedulikan tubuh manusia
Karena
tubuh manusia adalah bait-Nya atau tempat kediaman-Nya, maka Allah sangat
menghargai dan mempedulikan tubuh manusia. Dalam masa pelayanan Yesus, ada
banyak hal yang Dia lakukan karena Dia menghargai dan mempedulikan tubuh
manusia. Yesus menyembuhkan orang yang matanya buta. Yesus menyembuhkan orang
yang kakinya lumpuh. Yesus mengusir setan yang menguasai tubuh manusia. Yesus
menyembuhkan orang yang sebelah tangannya mati. Yesus memberi makan 5000 orang
yang lapar. Yesus menyembuhkan ibu mertua Petrus yang sakit. Yesus menyembuhkan
telinga perwira Romawi yang dipotong oleh murid-Nya. Hal tersebut menunjukkan
bahwa Allah menghargai dan memberi perhatian kepada tubuh manusia bahkan sampai
kepada hal yang kecil.
Sebagaimana
Allah menghargai dan mempedulikan tubuh manusia, kita juga harus menghargai dan memberi perhatian kepada
tubuh kita sendiri. Jangan sampai kita melakukan hal-hal yang dapat merugikan
tubuh yang Allah anugerahkan kepada kita. Ada banyak hal yang dapat merugikan
tubuh kita. Gaya hidup mabuk-mabukan, gaya hidup merokok, penggunaan narkoba,
seks bebas, dan ada banyak hal lainnya yang bisa merugikan tubuh kita. Mungkin
secara langsung belum terasa akibatnya, akan tetapi secara perlahan hal
tersebut bisa membawa kerugian bagi tubuh manusia. Selain itu juga, ada orang
yang sampai bisa membunuh dirinya sendiri hanya karena alasan tertekan, putus
harapan karena penyakit yang diderita, gagal dalam hal asmara, persoalan
keluarga dan lain-lain. Ketika seseorang membunuh dirinya sendiri, itu artinya
dia membinasakan bait Allah. Begitu juga dengan membunuh orang lain sama artinya
dengan membinasakan bait Allah. Rasul Paulus mengatakan bahwa barangsiapa
membinasakan bait Allah, Allah akan membinasakan dia (I Korintus 3:17). Ketika
seseorang melakukan hal-hal yang merugikan tubuhnya sendiri maupun tubuh orang
lain, itu artinya dia tidak menghargai tubuhnya sebagai bait Allah, tempat
kediaman Allah.
Mengapa
Allah sangat menghargai dan mempedulikan tubuh manusia? Karena tubuh manusia
adalah bait-Nya, tempat kediaman-Nya. Tubuh manusia adalah tempat Roh Allah
tinggal dan berdiam. Oleh karena itu, Allah mau tubuh ini dipakai untuk
memuliakan Dia. Dengan tubuh ini, kita bisa memuliakan Allah. Dengan tubuh ini
juga kita bisa menyakiti hati Allah. Allah ingin manusia menghargai dan memberi
perhatian kepada tubuhnya karena tubuh ini adalah bait Allah. Allah juga mau
agar tubuh ini dipakai untuk memuliakan Allah.
2.) Sebagaimana Allah adalah suci, bait Allah juga harus suci/kudus
Allah hanya
mau tinggal di bait-Nya yang suci. Jikalau tubuh kita yang adalah bait Allah
dalam keadaan najis, bagaimana Allah mau tinggal di dalamnya? Sebagaimana
seorang pemilik rumah menginginkan rumah yang ditempatinya bersih, Allah juga
mau agar bait-Nya, yaitu tubuh kita dalam keadaan suci, bersih dan tidak kotor.
Ada banyak hal yang dapat mengotori diri kita sebagai bait Allah. Kedengkian, kemunafikan, dendam, kepahitan, kesombongan, iri hati, perseteruan, keserakahan, fitnah, kedegilan, perzinahan, kegeraman dan masih banyak hal lainnya yang dapat mengotori diri kita sebagai bait Allah. Jangan sampai kita mengotori bait Allah yaitu diri kita dengan hal-hal yang tidak berkenan kepada Allah. Sebagai manusia baru di dalam Kristus, marilah kita menanggalkan perbuatan manusia lama itu dan melakukan apa yang berkenan di hadapan Allah.
Rasul Paulus berbicara tentang pembaharuan budi, perubahan diri. Dia mengatakan: “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.”(Roma 12:2). Kehidupan Kristen adalah suatu proses perubahan dan pembaharuan diri dari hari ke hari menjadi semakin serupa dengan Kristus. Allah mau diri kita semakin diperbaharui, semakin disucikan dari hari ke hari. Semakin seseorang mengijinkan Roh Kudus memimpin kehidupannya, semakin hidupnya juga disucikan oleh Allah. Allah mau bait-Nya, yaitu diri kita semakin disucikan dan dikuduskan.
3.) Allah harus berkuasa atau berotoritas di dalam Bait-Nya
Sebagaimana
seorang tuan rumah berkuasa di dalam rumahnya sendiri, begitu juga Allah harus
berkuasa dan bertahta di dalam bait-Nya, yaitu diri manusia. Allah harus
bertahta dan berotoritas di dalam hati kita. Allah harus bertahta dan
berotoritas di atas keinginan-keinginan kita. Allah harus bertahta dan
berotoritas di atas pikiran-pikiran kita. Allah harus bertahta dan berotoritas
di atas tindakan-tindakan kita. Allah harus bertahta dan berotoritas di atas
ketakutan kita.
Tubuh
manusia adalah medan pertempuran. Medan pertempuran antara kehendak Allah dan
kehendak iblis/duniawi. Medan pertempuran antara kebenaran dan kejahatan. Allah
memberikan manusia kebebasan untuk memilih. Memilih untuk melakukan kehendak
Allah atau melakukan keinginan duniawi. Memilih untuk melakukan kebenaran atau
kejahatan. Hal itu semuanya kembali lagi pada keputusan manusia. Sebagaimana
diri manusia adalah bait Allah, Allah harus berkuasa dan berotoritas di dalam
kehidupan kita. Kehidupan yang dikuasai oleh Allah adalah kehidupan yang menuju
kepada kemerdekaan dan kebebasan. Sebaliknya, kehidupan yang dikuasai iblis dan
keinginan duniawi adalah kehidupan yang diperbudak dan menuju kepada
kebinasaan.
Merupakan suatu kehormatan dan
kebanggaan ketika diri manusia disebut sebagai bait Allah, tempat Allah
berdiam. Oleh sebab itu, kehidupan orang percaya harus mencerminkan bahwa
dirinya adalah bait Allah, di mana Allah berdiam dan berkuasa di dalamnya. Janganlah lupa bahwa diri kita sangat berharga di "mata Allah". Tidak penting apa pandangan orang lain terhadap kita, karena bagi Allah diri kita adalah bait-Nya, tempat Dia berdiam.