Selasa, 21 Juni 2011

Manusia Yang Diperbaharui




Kolose 3:10
“dan telah mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Khaliknya;”

Kota Kolose adalah kota kecil yang terletak di sebelah timur kota Efesus. Paulus melihat bahwa di dalam jemaat ini ada juga guru-guru yang mengajarkan ajaran yang lain. Oleh karena itu Paulus mengajarkan bahwa Yesus Kristus sanggup memberikan keselamatan yang sempurna dan tidak bergantung pada ajaran-ajaran mengenai hal-hal yang lahiriah. Di dalam surat ini juga dijelaskan bagaimana seharusnya sikap hidup orang kristen sebagai manusia yang baru. Karena Allah tidak membedakan baik orang Yunani dan orang Yahudi, tetapi Kristus adalah semua dan di dalam segala sesuatu.

Paulus menjelaskan bahwa barangsiapa yang berada di dalam Kristus adalah ciptaan baru. Ketika seseorang percaya kepada Kristus, ia diberikan kuasa untuk menjadi anak Allah. Ketika kita menjadi anak Allah kita adalah ciptaan baru. Di dalam pasal ini Paulus menekankan aspek-aspek kehidupan dari manusia baru.  Di dalam ayat 5 dikatakan bahwa manusia baru harus meninggalkan segala sesuatu yang duniawi seperti percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan yang sama dengan penyembahan berhala. Selanjutnya di dalam ayat 8 dikatakan juga bahwa manusia baru harus meninggalkan amarah, geram, kejahatan, fitnah dan kata-kata kotor yang keluar dari mulut. Begitu juga dalam ayat 9, Paulus menambahkan bahwa sebagai manusia baru harus meninggalkan perbuatan dan sikap saling mendustai. Karena kata Paulus, kita telah mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar khaliknya (ayat 10). Selanjutnya, di dalam ayat 11, rasul Paulus mengatakan bahwa tidak ada lagi orang Yahudi maupun orang Yunani. Paulus menekankan bahwa ketika kita menjadi manusia baru, kita tidak lagi membeda-bedakan orang. Hal inilah yang menjadi pergulmulan jemaat di Kolose. Jemaat di Kolose adalah jemaat yang beragam, ada orang Yahudi dan ada orang Yunani. Seringkali orang Yahudi menganggap diri mereka istimewa karena mereka berpikir bahwa mereka adalah umat pilihan Allah sehingga mereka mengganggap rendah orang Yunani. Inilah yang dikritik oleh Rasul Paulus bagi jemaat Kolose ini.

Di dalam perikop ini, Rasul Paulus menekankan bahwa sebagai manusia baru kita harus meninggalkan perbuatan-perbuatan yang duniawi. Kita telah meninggalkan manusia lama dan telah mengenakan manusia baru yang terus-menerus untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar khaliknya.

●          Kita telah Mengenakan Manusia Baru

Ketika kita mengenakan, menggunakan, memakai manusia baru berarti kita telah melepaskan manusia lama kita. Sebagai contoh, ketika kita tidur di rumah kita mengenakan pakaian tidur, piyama atau kaos. Akan tetapi, ketika kita pergi ke gereja kita menggunakan pakaian yang rapi seperti kemeja. Apa yang terjadi jikalau kita memakai piyama pada saat kita pergi ke gereja? Mungkin kita akan ditertawakan oleh orang lain. Bisa juga seseorang mengenakan piyama kemudian melapisinya dengan kemeja. Akan tetapi, tetap saja akan kelihatan piyama di dalamnya, melalui leher kerah ataupun melalui juluran piyama di lengan. Oleh karena itu, ketika seseorang memakai kemeja dia harus melepaskan piyama  yang digunakan untuk tidur. Begitu juga, ketika seseorang menggunakan sesuatu yang baru, dia harus menanggalkan dan melepaskan yang lama. Ketika kita mengenakan manusia baru, kita harus menanggalkan manusia lama kita dan perbuatannya.

●          Manusia Baru

Rasul Paulus mengatakan bahwa barangsiapa yang berada di dalam Kristus adalah ciptaan baru yang lama telah berlalu sesungguhnya yang baru telah datang. Ketika kita pecaya kepada Kristus, ketika kita melakukan kehendak Allah, kita adalah manusia baru. Rasul Yohanes juga mengatakan dalam Injil Yohanes 1:12 bahwa barangsiapa yang percaya kepada Allah diberi kuasa menjadi anak Allah. Ketika kita menjadi Anak Allah, kita adalah ciptaan baru, kita adalah manusia baru.

●          Terus-menerus diperbaharui

Di dalam kata “terus-menerus” terkandung makna proses, kelanjutan, tidak berhenti. Allah ingin memproses kita. Allah ingin memperbaharui kehidupan kita secara kontinyu, berkelanjutan, terus-menerus.

●          Untuk memperoleh pengetahuan yang benar

Jikalau kita bandingkan dengan antara Alkitab bahasa Indonesia LAI dengan Alkitab bahasa Inggris Today English Version, kita bisa melihat bahwa Alkitab Bahasa Indonesia mengatakan : “pengetahuan yang benar” dan Alkitab Bahasa Inggris mengatakan : “full of knowledge” (pengetahuan yang penuh).
 
●          Menurut gambar Khaliknya

Kita mengetahui bahwa Allah menciptakan manusia menurut gambar dan rupa Allah. Di dalam Kitab Kejadian, hal ini dijelaskan. Kita mengakui bahwa Allah adalah satu pribadi dalam 3 oknum, yaitu Allah Bapa, Allah Anak, dan Allah Roh Kudus. Allah adalah persekutuan. Persekutuan antara Allah Bapa dengan Allah Anak, persekutuan antara Allah Anak dengan Allah Roh Kudus, persekutuan antara Allah Bapa dengan Allah Roh Kudus. Selain itu juga Allah adalah kasih. Dalam surat I Yohanes, rasul Yohanes mengatakan bahwa Allah adalah kasih. Allah adalah persekutuan kasih. Oleh karena itu, di jelaskan dalam surat I Yohanes bahwa ciri dari manusia baru adalah mengasihi sesamanya.

Inti dari pembacaan ini ada di ayat 10, yaitu “dan telah mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Khaliknya” Sebagai manusia baru, Allah ingin memperbaharui kehidupan kita terus menerus. Mari kita ambil satu contoh dalam Perjanjian Lama:
   
Lalu segenap umat itu mengeluarkan suara nyaring dan bangsa itu menangis pada malam itu. Bersungut-sungutlah semua orang Israel kepada Musa dan Harun; dan segenap umat itu berkata kepada mereka: "Ah, sekiranya kami mati di tanah Mesir, atau di padang gurun ini! Mengapakah TUHAN membawa kami ke negeri ini, supaya kami tewas oleh pedang, dan isteri serta anak-anak kami menjadi tawanan? Bukankah lebih baik kami pulang ke Mesir?"
(Bilangan 14:1-3)

Kita bisa melihat dalam perikop ini bahwa bangsa Israel memberontak kepada Allah. Mereka mengeluh ketika Allah memimpin mereka keluar dari tanah Mesir melalui Musa. Mengapa Allah menggunakan waktu 40 tahun untuk membawa orang Israel keluar dari Mesir menuju tanah Kanaan? Sedangkan waktu yang dibutuhkan oleh 12 mata-mata orang Israel untuk memata-matai tanah Kanaan hanya membutuhkan waktu 40 hari (Bilangan 14:34). Allah mengetahui sifat dan karater orang Israel. Mereka memberontak terhadap Allah, mereka bersungut-sungut kepada Allah, mereka tidak meyakini apakah Allah mampu membawa mereka ke tanah Kanaan, karena musuh yang mereka hadapi sangat kuat dan banyak. Oleh karena itu, Allah memakai waktu 40 tahun untuk memperbaharui kehidupan mereka. Allah menggunakan padang gurun untuk memperbaharui kehidupan mereka. Allah menggunakan musuh-musuh untuk memperbaharui kehidupan mereka. Intinya Allah ingin memperbaharui kehidupan orang Israel sebelum mereka tiba di tanah perjanjian, Tanah Kanaan.

Allah tidak ingin orang Israel sampai di tanah Kanaan dengan kehidupan yang tidak diperbaharui. Oleh karena itu, Allah ingin memperbaharui kehidupan mereka selama perjalanan menuju tanah Kanaan. Allah ingin memperbaharui sifat mereka yang bersungut-sungut kepada Allah. Allah ingin memperbaharui karakter mereka yang memberontak terhadap Allah, Allah ingin memperbaharui iman mereka yang kurang mempercayai penyertaan Allah, Allah ingin memperbaharui perbuatan mereka yang tidak taat kepada Allah.

Ketika Musa memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir, banyak hal yang mereka alami. Setelah mereka keluar dari Mesir, Allah menyatakan mujizat-Nya kepada orang Israel dengan membuat Laut Merah terbelah menjadi dua. Allah ingin menunjukkan kepada orang Israel bahwa Dia adalah Allah yang berkuasa. Setelah itu, Allah pun menurunkan ke-10 perintah-Nya kepada Musa di Gunung Sinai. Allah memberikan perintah baru kepada orang Israel yang sebelumnya hidup di Mesir dengan hukum Mesir. Setelah orang Israel keluar dari Mesir, gaya hidup mereka masih gaya hidup Mesir, cara pikir mereka masih cara pikir Mesir, mental Mereka masih mental Mesir. Oleh karena itu, Allah memberikan mereka hukum yang baru, 10 perintah Allah. Allah ingin memperbaharui cara pandang, cara pikir, gaya hidup mereka yang masih bersifat ke-Mesir-an. Di dalam kitab Keluaran, Allah memberikan hukum yang baru kepada mereka. Setelah itu, di dalam Kitab Imamat, Allah mengajarkan cara beribadah yang banar kepada Allah, di dalam kitab Imamat juga orang Israel diajarkan untuk mempersembahkan korban kepada Allah. Allah mendidik orang Israel untuk beribadah ketika mereka melewati padang gurun menuju tanah Kanaan. Pada saat itu, orang Israel belum beribadah di Bait Allah karena mereka berpindah-pindah. Mereka hanya beribadah di dalam kemah pertemuan. Singkat kata, setelah Allah membawa bangsa Israel keluar dari Mesir, Allah ingin memperbaharui sikap, cara pandang, cara pikir dan gaya hidup mereka yang ke-Mesir-an.

Dari kisah mengenai bangsa Israel ini kita dapat mengambil 2 pelajaran, yaitu:

1.)     Ketika Musa memimpin Bangsa Israel keluar dari Mesir, ada sebagian orang-orang Israel yang enggan menuju Tanah Kanaan karena mereka sudah terbiasa dengan kehidupan di Mesir, karena mereka sudah mencintai kehidupan Mesir, karena mereka sudah terbiasa dengan perbudakan di Mesir. Mesir menggambarkan dunia ini dan Tanah Kanaan menggambarkan surga yang kekal. Sebagai Murid Kristus, jangan kita seperti orang Israel yang tidak mau keluar dari Mesir (Dunia ini) karena kita telah terbiasa dengan kehidupan dunia ini yang jahat, mencintai kehidupan dunia ini, dan terbiasa dengan perbudakan dosa yang terjadi di dunia ini.

2.)     Dalam perjalanan dari Mesir menuju Tanah Kanaan, Allah memproses Bangsa Israel sehingga ketika mereka sampai di Tanah Kanaan mereka menjadi umat yang berkenan kepada-Nya. Allah memakai padang gurun sebagai tempat untuk memproses dan memperbaharui bangsa Israel. Allah juga menggunakan waktu selama 40 tahun untuk memproses mereka. Begitu juga dengan kita sebagai murid Kristus, Allah mau memproses dan memperbaharui kita dalam perjalanan kita dari dunia ini menuju Surga yang kekal.   

Contoh mengenai bangsa Israel ini merefleksikan apa yang dikatakan oleh Rasul Paulus dalam Kolose 3:10 : “dan telah mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Khaliknya.”
Amin…

Ayub : Orang Benar yang tertimpa Musibah




Ayub 1:1-12

Dalam Kitab Ayub ini, dikisahkan mengenai seorang tokoh yang bernama Ayub, yang tinggal di tanah Us. Ia adalah tokoh yang saleh, jujur, takut akan Allah dan menjauhi kejahatan. Akan tetapi, ia mengalami suatu musibah yang dahsyat dan bertubi-tubi. Mengapa orang yang benar seperti Ayub menderita musibah yang dahsyat? 

Para ahli Alkitab mengelompokkan kitab Ayub ini ke dalam bagian kitab sastra hikmat karena di dalamnya terkandung pengajaran hikmat. Kelompok kitab yang termasuk ke dalam kitab sastra hikmat adalah kitab Pengkhotbah, Amsal, Sebagian Mazmur dan kitab Ayub ini. Lalu, pengajaran hikmat apakah yang diajarkan oleh kitab ini?

Mari kita segera membahas kisah mengenai Ayub ini. Di dalam pasal satu ini dikatakan bahwa Ayub adalah seorang yang saleh, jujur, takut akan Allah dan menjauhi kejahatan. Dia memiliki 7 anak laki dan 3 anak perempuan. Selain itu juga, Ayub memiliki kekayaan yang sangat besar berupa ternak. Dia memiliki 7000 ekor kambing domba, 3000 ekor unta, 500 pasang lembu, 500 keledai betina. Selain itu juga, Ayub memiliki budak-budak dalam jumlah yang besar yang membantu pekerjaan di rumahnya. Oleh karena itu, Ayub ini dikatakan sebagai orang yang terkaya di sebelah Timur. Seorang yang saleh ditambah lagi adalah orang yang terkaya di sebelah Timur.

Pada suatu saat, datanglah anak-anak Allah menghadap Allah dan di antara mereka juga ada iblis (Ayub1:6). Siapakah yang dimaksud dengan anak-anak Allah di sini? Dalam versi Septuaginta (LXX), tertulis οὶ ὰγγελοι του θεου  yang berarti the angels of God (malaikat-malaikat Allah). Jadi, yang dimaksud dengan anak-anak Allah dalam ayat 6 ini adalah malaikat-malaikat Allah. Pada saat malaikat-malaikat menghadap Allah, datang juga iblis (malaikat pemberontak). Dalam Alkitab bahasa Ibrani, kata iblis berasal dari שָׂטָן (satan) yang berarti penentang, pemberontak, lawan.

Ketika malaikat dan iblis berkumpul dengan Allah. Terjadilah suatu tanya-jawab antara Allah dan Iblis. Allah menanyakan kepada iblis: “dari manakah engkau?” Kemudian iblis menjawab: “dari perjalanan menjelajah dan mengelilingi bumi”. Lalu Allah bertanya lagi kepada Iblis : “Apakah engkau memperhatikan hambaku Ayub? Sebab tiada seorang pun di bumi seperti dia, yang demikian saleh dan jujur, yang takut akan Allah dan menjauhi kejahatan.” Lalu jawab iblis kepada Tuhan: “Apakah dengan tidak mendapat apa-apa Ayub takut akan Allah? Bukankah Engkau yang membuat pagar sekeliling dia dan rumahnya serta segala yang dimilikinya? Apa yang dikerjakannya telah Kauberkati dan apa yang dimilikinya makin bertambah di negeri itu. Tetapi ulurkanlah tangan-Mu dan jamahlah segala yang dipunyainya, ia pasti mengutuki Engkau di hadapan-Mu.” Lalu berkatalah Allah kepada Iblis itu: “Nah, segala yang dipunyainya ada dalam kuasamu; hanya janganlah engkau mengulurkan tanganmu terhadap dirinya.”

Setelah terjadi diskusi antara Allah dan iblis, terjadilah suatu peristiwa yang luar biasa. Ayub, tokoh yang saleh mendapatkan bencana yang bertubi-tubi. Yang pertama, hewan-hewan ternaknya dirampok dan terbakar oleh api yang menyambar dari langit. Yang kedua, budak-budak atau pembantu-pembantunya dipukuli, dibunuh oleh perampok dan ada yang terbunuh oleh api yang menyambar dari langit. Yang ketiga, seluruh anak-anaknya laki-laki dan perempuan meninggal tertimpa bangunan karena kencangnya angin yang menghantam rumah tempat mereka berkumpul. Yang keempat, diri Ayub terkena penyakit barah yang busuk dari ujung kepala sampai ujung kaki. Yang kelima, istrinya sendiri menginginkan Ayub mati dengan menyuruhnya untuk mengutuki Allah. Akan tetapi, di dalam kesemuanya itu Ayub tidak mengutuki Allah, melainkan ia tetap berdiam diri di hadapan Allah. Bayangkan betapa hebat dan bertubi-tubinya musibah yang dialami oleh Ayub. Kekayaannya habis, budak-budaknya habis, anak-anaknya meninggal, dirinya terkena penyakit barah yang busuk, dan istrinya sendiri menyuruhnya mengutuki Allah.

Pasti Ayub merasa sangat tertekan dengan musibah yang dialaminya dalam waktu yang singkat. Akan tetapi, penderitaan Ayub belum berhenti di sini. Datanglah 3 orang teman Ayub kepadanya: Elifas, Bildad dan Zofar. Teman-temannya ini bukannya menguatkan Ayub yang sedang dalam penderitaan tetapi malah menyalahkan Ayub. Teman-teman Ayub berpikir bahwa Ayub telah berbuat dosa sehingga dia tertimpa musibah yang hebat. Menurut pandangan dari teman-teman Ayub, orang benar pasti diberkati dan orang jahat pasti akan mendapat hukuman. Teman-teman Ayub menyuruh Ayub untuk bertobat karena mereka berpikir bahwa Ayub sudah melakukan dosa sehingga dia tertimpa musibah. Akan tetapi, dalam hal ini Ayub tidak berdosa. Ayub mempertahankan dirinya bahwa dirinya tidak bersalah. Ayub yang tidak bersalah dipersalahkan oleh teman-temannya. Dalam hal ini, Ayub semakin terpojok karena teman-temannya malah menyalahkan Ayub dan menyuruh Ayub untuk bertobat padahal Ayub tidak melakukan dosa. Musibah dan penderitaan yang dialami oleh Ayub bukan karena dia melakukan dosa, tetapi karena seijin Allah untuk menguji Ayub dan untuk membuktikan kepada iblis bahwa Ayub adalah orang yang taat bukan karena kekayaan yang dimilikinya.

Di akhir dari Kitab Ayub ini, kita bisa melihat bahwa Allah murka kepada 3 teman Ayub yang menyalahkan Ayub. Teman-teman Ayub tidak memahami arti dari penderitaan Ayub. Penderitaan Ayub bukan karena dia berbuat dosa tetapi karena Allah mengijinkan hal itu terjadi. Ayub kemudian mendoakan 3 orang temannya itu agar Allah tidak memurkai mereka. Di akhir kisah Ayub, kehidupannya dipulihkan. Segala yang dimilikinya diganti oleh Allah dua kali lipat.

Dari kisah ini, kita bisa mempelajari 3 hal, yaitu:

1.)        Orang benar bisa tertimpa musibah dan penderitaan

Dalam kasus ini, Ayub yang adalah orang yang saleh mendapatkan musibah yang bertubi-tubi. Kekayaannya habis, pembantunya habis, anak-anaknya meninggal, dirinya terkena penyakit, dan istrinya menginginkan dia mati dengan mengutuki Allah. Di dalam penderitaannya, Ayub berdiam diri di hadapan Allah. Ayub tetap taat kepada Allah walaupun kekayaannya habis seketika itu juga. Ayub tetap taat kepada Allah walaupun tertimpa penyakit. Ayub tetap taat kepada Allah walaupun mengalami penderitaan.

Kisah dari Ayub mengajarkan kita bahwa orang benar bisa saja tertimpa musibah dan mengalami penderitaan. Menjadi orang benar tidak menjamin bahwa seseorang tidak akan tertimpa musibah. Melakukan apa yang berkenan kepada Allah tidak menjamin bahwa seseorang tidak akan mengalami penderitaan. Motivasi menjadi orang Kristen agar terhindar dari penderitaan adalah hal yang salah. Justru ketika kita menjadi pengikut Kristus, kita dipanggil untuk mengambil bagian di dalam penderitaan sebagaimana Yesus Kristus datang ke dalam dunia ini untuk mengambil bagian di dalam penderitaan (I Petrus 2:21). Janganlah kita berpikir bahwa menjadi murid Kristus dan hidup dalam kebenaran  berarti tidak akan mengalami penderitaan.     


2.)        Jangan menghakimi saudara kita yang tertimpa musibah

Dalam hal ini, 3 orang teman Ayub menyalahkan Ayub atas musibah yang terjadi kepada Ayub. Bukannya mereka menguatkan Ayub yang mengalami penderitaan, tetapi mereka malah menyalahkan Ayub atas apa yang terjadi padanya. Mereka menyuruh Ayub untuk bertobat padahal Ayub tidak berbuat dosa dan kejahatan. Tiga orang teman Ayub ini tidak mengerti makna dari penderitaan dan musibah yang dialami oleh Ayub. Karena mereka tidak berkata benar mengenai Ayub, Allah murka kepada mereka. Akan tetapi, Ayub berdoa kepada Allah agar tiga orang temannya ini tidak dimurkai oleh Allah.

Tiga orang teman Ayub (Elifas, Bildad, Zofar) mengajarkan kepada kita bahwa jangan menghakimi saudara kita yang tertimpa musibah atau mengalami penderitaan. Kita tidak mengetahui apa yang ada di balik musibah yang menimpa seseorang. Kita tidak tahu apa yang ada di balik penderitaan yang dialami seseorang. Musibah dan penderitaan itu bisa saja merupakan ujian dari Allah. Musibah atau penderitaan itu bisa juga merupakan wujud didikan dari Allah. Musibah dan penderitaan itu bisa juga terjadi supaya kuasa dan kemuliaan Allah dinyatakan di dalam orang itu atau karena hal-hal lainnya. Kita tidak mengetahui apa yang ada di balik musibah atau penderitaan orang lain. Oleh karena itu, janganlah kita menjadi hakim terhadap saudara kita yang tertimpa musibah atau mengalami penderitaan. Murka Allah bisa bangkit seperti yang akan terjadi kepada ketiga orang teman Ayub, tetapi karena Ayub mendoakan mereka murka Allah pun surut. Tiga teman Ayub ini tertolong dari murka Allah karena Ayub mendoakan mereka.


3.)        Hikmat Allah melebihi dan memutarbalikan hikmat manusia & hikmat iblis

Menurut hikmat manusia, orang benar akan mendapatkan ganjaran yang baik dan orang fasik akan mendapatkan hukuman. Inilah yang dipahami oleh 3 orang teman dari Ayub. Akan tetapi, melalui kisah ini kita belajar bahwa orang benar juga bisa mendapatkan musibah. Di sini, Allah menunjukkan hikmat-Nya bahwa orang benar mendapat musibah bukan karena dia berbuat dosa tetapi karena Allah mengijinkan hal itu terjadi

Begitu juga, dalam percakapan dengan Allah, iblis berpikir bahwa Ayub taat kepada Allah karena kekayaan yang diberikan oleh Allah (Ayub 1:9-11). Iblis juga berpikir bahwa Ayub taat kepada Allah karena kesehatan yang Allah berikan (Ayub 2:4-5).  Akan tetapi, di akhir kisah Ayub, kita bisa melihat bahwa apa yang dipikirkan oleh iblis itu salah. Ayub taat kepada Allah bukan karena kekayaan yang diberikan oleh Allah, melainkan Ayub taat karena kepercayaannya kepada Allah. Inilah hikmat Allah yaitu manusia bisa taat kepada Allah walaupun dalam penderitaan.

Melalui kisah Ayub ini, Allah memperlihatkan bahwa orang benar juga bisa mengalami penderitaan. Allah juga membuktikan bahwa manusia bisa taat kepada Allah tanpa kekayaan. Allah membuktikan bahwa manusia bisa taat kepada Allah walau dalam penderitaan dan kesakitan. Allah membuktikan bahwa perkataan Iblis mengenai Ayub itu tidak benar dan hasilnya adalah Ayub tetap taat kepada Allah bukan karena kekayaan yang Allah berikan atau kesehatan yang Ayub miliki, tetapi karena Ayub mengasihi Allah. Hal-hal tersebut memperlihatkan bahwa Hikmat Allah melebihi dan memutarbalikan hikmat manusia & hikmat iblis.