Minggu, 30 Januari 2011

7 Jemaat Allah dalam Kitab Wahyu



Wahyu 1:3 
“Berbahagialah ia yang membacakan dan mereka yang mendengarkan kata-kata nubuat ini, dan yang menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya, sebab waktunya sudah dekat.”


Di sini, ditegaskan bahwa berbahagialah mereka yang: membacakan, mendengarkan dan menuruti apa yang ada di dalamnya. Mengapa di dalam Wahyu 1:3 ini dikatakan berbahagialah orang yang membacakan, mendengarkan dan menuruti apa yang terdapat di dalamnya? Karena waktu penggenapannya sudah dekat. Apa yang tertulis di dalam Kitab Wahyu akan segera digenapi/terjadi. Dalam ayat ini, digunakan kata berbahagialah (makarioi)…. Kata ini sama dengan kata yang digunakan oleh Tuhan Yesus dalam Matius 5 mengenai 10 ucapan berbahagia yang diucapkan pada saat Ia berkhotbah di atas bukit. Berbahagialah mereka yang miskin di hadapan Allah, berbahagialah mereka yang lemah lembut, berbahagialah mereka yang membawa damai, berbahagialah mereka yang berdukacita, dan masih ada yang lainnya lagi. Kata makarioi ini di dalam Wahyu 1:3 diterjemahkan dengan kata berbahagialah. Selain itu juga, kata makarioi ini dapat diterjemahkan dengan beruntunglah dan diberkatilah. Jadi, dapat dikatakan bahwa berbahagialah, beruntunglah, dan diberkatilah mereka yang membacakan, mendengarkan dan menaati apa yang tertulis di dalam kitab ini.

2 kitab yang paling terkenal banyak berisi nubuatan adalah kitab Daniel dan kitab Wahyu. Nubuat-nubuat yang terdapat dalam kitab-kitab ini sebagian besar berisi mengenai keadaan di Akhir zaman, yaitu zaman menjelang  Yesus Kristus akan kembali untuk kedua kalinya ke dunia ini. Akhir zaman ini, akan ditandai dengan peristiwa, fenomena, maupun malapetaka tertentu yang akan terjadi.

Kitab ini muncul karena ilham Allah kepada Yohanes, salah satu murid Tuhan Yesus yang kemudian dibuang ke Pulau Patmos, setelah ia disiksa sebelumnya dengan digoreng dengan minyak panas akan tetapi ia tidak apa-apa. Pada saat Yohanes diasingkan di Pulau Patmos, Allah mewahyukan penglihatan-penglihatan kepadanya mengenai apa yang akan segera terjadi di akhir zaman.

Jikalau kita melihat struktur kitab Wahyu, kita bisa melihat bahwa sebagian besar kitab wahyu menggunakan angka 7. Di awal kitab wahyu dibicarakan mengenai 7 jemaat Allah, selanjutnya 7 meterai (pada setiap meterai dari materai 1 sampai ke tujuh ada peristiwa tertentu yang terjadi), selanjutnya 7 sangkakala (setiap sangkakala juga terdapat malapetaka tertentu yang terjadi). Akan tetapi, pada saat ini kita akan membahas mengenai ke-7 jemaat Allah.

Sebelum kita membahas ke-7 jemaat Allah, Mengapa kitab Wahyu kebanyakan mengunakan angka tujuh? Di dalam Alkitab, angka tujuh menggambarkan “penggenapan” atau “kesempurnaan”. Angka tujuh dapat diartikan sebagai “angka penggenapan”. Angka tujuh dalam bahasa Ibrani (Yahudi) adalah Syibat (bentuk maskulin) dan Syeba (bentuk feminin). Dari kata inilah muncul kata sabat. Hari sabat berarti hari yang ketujuh. Begitu juga, dalam lingkungan orang Yahudi, angka tujuh memiliki tempat yang penting dalam sistem penanggalan mereka. Orang Yahudi mengenal adanya sabat harian, sabat mingguan dan sabat tahunan. Yang pertama, sabat harian, yang dimaksud dengan sabat harian adalah hari yang ke tujuh. Hal ini mengingatkan kita pada Hukum taurat yang ke-4, yang berisi perintah Allah untuk menguduskan hari sabat. Setelah enam hari lamanya manusia bekerja, maka pada hari yang ke tujuh manusia harus berhenti dari pekerjaannya dan beribadah kepada Allah. Hal ini untuk memperingati bahwa enam hari lamanya Allah menciptakan dunia ini dan pada hari yang ketujuh Allah beristirahat. Yang kedua, sabat mingguan, yang dimaksud dengan sabat mingguan adalah minggu ketujuh. Bangsa Israel mengenal akan hari raya Pentakosta. Dalam PL (Perjanjian Lama), hari raya Pentakosta dirayakan untuk mengucapsyukur atas hasil panen. Hari raya ini dirayakan setelah minggu ketujuh dari dari hari raya Paskah (keluarnya bangsa Israel dari Mesir). Di dalam PB (Perjanjian Baru) hari raya Pentakosta mendapat makna baru yaitu Hari turunnya Roh Kudus. Yang ketiga, sabat tahunan, yang dimaksud dengan sabat tahunan ini adalah tahun yang ketujuh. Hal ini mengingatkan kita pada perintah Allah kepada bangsa Israel untuk mengistirahatkan tanah pada tahun yang ketujuh (sabat tanah). Sebagian besar penanggalan orang Yahudi di dasarkan pada Hukum Taurat. Kita bisa melihat bahwa angka 7 merupakan angka yang penting dalam lingkungan gereja perdana maupun dalam Alkitab.

Baiklah kita akan segera membahas mengenai ketujuh Jemaat Allah di dalam kitab Wahyu yang menggambarkan mengenai ke-7 jemaat Allah di masa Akhir zaman.

1.)  Jemaat Efesus (The Loveless Church)  Wahyu 2:2-5
Jemaat di Efesus ini meninggalkan kasih yang mula-mula. Kasih yang mula-mula itu berkobar selanjutnya semakin redup. Di dalam ayat 3 dijelaskan bahwa jemaat ini sabar dan menderita karena nama Yesus. Jemaat ini juga tidak mengenal lelah. Lalu apa yang dicela Allah dari jemaat ini, yaitu jemaat ini kemudian meninggalkan kasihnya yang mula-mula kepada Allah. Di dalam kitab Kisah Para rasul dijelaskan mengenai cara hidup jemaat perdana yang mula-mula. Mereka selalu berkumpul untuk beribadah dan mereka selalu mendukung kekurangan jemaat yang lain. Mereka giat melakukan pengutusan untuk memberitakan Injil. Oleh karena itu, Allah menegor jemaat ini untuk bertobat dan melakukan kembali apa yang semula dilakukannya. 

2.) Jemaat Smirna (The Persecuted Church)  Wahyu 2:8-10
Jemaat di Smirna telah mengalami kesusahan dan penderitaan. Allah menghimbau jemaat ini untuk bertahan setia sampai mati karena penderitaan, kesusahan serta pencobaan yang akan melanda jemaat ini. 

3.) Jemaat Pergamus (The Compromising Church)  Wahyu 2:14-16
Jemaat ini berpegang pada nama Yesus dan tidak menyangkal imannya kepada Kristus. Akan tetapi, yang menjadi keberatan terhadap jemaat ini adalah adanya beberapa orang dari jemaat yang  menganut ajaran Bileam (Bileam adalah salah satu nabi palsu yang disewa untuk mengutuk orang Israel Bilangan 22-24), menyesatkan anggota jemaat yang lain, supaya memakan persembahan berhala dan melakukan perbuatan zinah. Demikian juga ada padamu orang yang berpegang pada ajaran pengikut Nikolaus. Nikolaus adalah bidat Kristen, yang menyesatkan jemaat. Walaupun mereka tidak menyangkal iman mereka kepada Kristus, mereka berkompromi dengan dosa. 

4.) Jemaat Tiatira (The Corrupt Church)  Wahyu 2:19-20
Jemaat ini mempunyai kasih, iman dan ketekunan akan tetapi hal yang dicela Allah adalah kesesatan mereka. Mereka disesatkan oleh pengajar-pengajar palsu yang mengajar beberapa diantara mereka melakukan kesesatan. Hal ini mengacu pada zinah rohani. Sebagai gereja Tuhan kita adalah mempelai Kristus yang dipertunangkan dengan Kristus. Ketika jemaat berpaling kepada oknum yang lain, itu dinamakan dengan zinah rohani karena jemaat Tuhan adalah mempelai perempuan sedangkan Kristus adalah mempelai laki-laki. Allah mengingatkan kepada jemaat ini untuk bertahan dan memegang apa yang ada pada mereka sampai Tuhan datang.

5.) Jemaat Sardis (The Dead Church)  Wahyu 3:1-3
Jemaat ini mati. Mati Rohani. Pekerjaannya tidak sempurna. Allah menegor jemaat ini supaya mereka bertobat dan hidup berjaga-jaga.
      
6.) Jemaat Filadelfia (The Faithfull Church)  Wahyu 3:10-11
Jemaat ini adalah jemaat yang setia dan taat. Jemaat ini dihimbau untuk tetap bertahan.

7.) Jemaat Laodikia (The Lukewarm Church)  Wahyu 3:15-16
Jemaat ini suam-suam kuku. Tidak panas, tidak dingin. Setengah-setengah. Setengah-setengah setia, setengah-setengah beriman. Allah menegor jemaat ini untuk bertobat.

Dari ketujuh jemaat tersebut, kita bisa melihat kekurangan dan kelebihan mereka. Ada yang ditegor, ada yang diperingatkan dan ada yang tetap setia.
  • Jemaat Efesus = jemaat yang kehilangan kasih mula-mula
  • Jemaat Smirna = jemaat yang teraniaya
  • Jemaat Pergamus = jemaat yang berkompromi dengan dosa
  • Jemaat Tiatira = jemaat yang hidup dalam kesesatan
  • Jemaat Sardis = jemaat yang mati rohani
  • Jemaat Filadelfia = jemaat yang setia
  • Jemaat Laodikia = jemaat yang suam-suam kuku

Kitab wahyu ini berisi mengenai nubuatan yang akan terjadi. Begitu juga, ke-7 jemaat di dalam kitab Wahyu ini juga melukiskan jemaat Tuhan/gereja Tuhan yang ada pada akhir zaman ini. Lalu yang menjadi pertanyaan adalah kita sebagai jemaat Allah termasuk kedalam golongan jemaat apa? Apakah kita seperti jemaat Efesus, Smirna, Pergamus, Tiatira, Sardis, Filadelfia atau Laodikia? Biarlah kita sendiri yang merenungkan hal ini.

Menurut salah seorang penginjil terkenal, Billy Graham, ia menjelaskan bahwa gambaran 7 jemaat di dalam Kitab Wahyu ini berisi 3 pengajaran pokok, yaitu:

1.) Panggilan untuk mengasihi Tuhan seperti semula, hal ini ditujukan kepada jemaat Efesus dan Laodikia. 
2.) Panggilan untuk hidup benar, hal ini ditujukan kepada jemaat Pergamus, Tiatira dan Sardis.
3.) Panggilan untuk bertahan dalam penderitaan, hal ini ditujukan kepada jemaat Smirna dan Filadelfia.

Mari kita sebagai jemaat Allah melakukan 3 panggilan tersebut dalam kehidupan kita. Amin…
           


                 

  






Kamis, 27 Januari 2011

Berharga di Mata Tuhan Kematian Orang Kudus-Nya


Mazmur 116:15
 
#  Berharga di mata Tuhan kematian semua orang yang dikasihi-Nya (Terjemahan Baru)
Bahwa amat indahlah kepada pemandangan Tuhan matinya segala kekasih-Nya (Terjemahan Lama)
Precious in the sight of the Lord is the death of His saint (King James Version).

 
Dari perbandingan ayat di atas, kita bisa melihat bahwa  Orang yang dikasihi Allah sinonim dengan  kekasih Allah, sinonim juga dengan orang kudus.

Di dalam pasal ini, pemazmur merayakan pembebasan yang diterima dari Allah ketika sedang berada di ujung tanduk kematian. Allah mendengarkan permintaan umat-Nya dan menolong mereka. Oleh karena itu, dalam pasal ini pemazmur mengekspresikan ucapan syukurnya kepada Allah yang telah menolong umat-Nya. Sehingga di dalam ayat 15 ini, pemazmur mengatakan bahwa “berharga di mata Tuhan kematian semua irang yang dikasihi-Nya. Allah tidak akan membiarkan umat-Nya mati sia-sia karena baik kehidupan maupun kematian orang yang dikasihi-Nya sangat berharga.

Kematian orang kudus/kekasih Allah menjadi sesuatu hal yang dinilaidihormatimulia… bagi Allah. Allah menghormati ini sebagai sesuatu yang berharga/indah.

Mengapa indah dan berharga kematian orang yang dikasihi Allah, orang kudus-Nya, kekasih Allah?

1.)     Karena hidup ini merupakan pertandingan iman.

Rasul Paulus mengatakan kepada jemaat di Korintus bahwa hidup ini merupakan pertandingan iman. Kita bagaikan seorang atlet yang bertanding. Seperti seorang petinju yang siap untuk bertanding, bagaikan seorang pelari yang siap berlari sampai finish. Untuk dapat memenangkan pertandingan itu seorang atlet perlu untuk melatih dirinya dan menguasai dirinya. Seorang atlet harus berjuang agar dia dapat memenangkan pertandingan itu.

Karena hidup ini merupakan perjuangan iman/pertandingan iman sampai akhir hidup kita, oleh karena itu tidak salah apa yang dikatakan oleh pemazmur bahwa berharga kematian orang yang dikasihi Allah/orang kudusnya. Allah menghargai perjuangan iman yang telah dilakukan orang kudus-Nya, Allah menghargai perjuangan iman/pertandingan iman yang dilakukan orang yang dikasihi-Nya sampai akhir hidupnya.

Oleh karena itu, Allah menghargai dan memandang berharga kematian orang kudus-Nya karena hidup ini merupakan pertandingan/perjuangan iman sampai akhir hidup manusia. Dan orang kudus Allah/orang-orang yang dikasihi Allah memenangkan pertandingan iman itu.

2.)     Karena hidup ini hanya sementara.

Hidup manusia hanya sementara, akan tetapi yang menjadi persoalan adalah bagaimana melalui kehidupan kita yang sementara ini kita mencari dan mendapatkan kehidupan yang kekal bersama dengan Allah. Bagaimana kita menebus waktu kita yang sementara ini untuk mendapatkan kehidupan yang kekal bersama dengan Allah.

Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Rasul Paulus kepada anak rohaninya, Timotius bahwa latihan badani terbatas gunanya tetapi ibadah berguna dalam segala hal karena mengandung janji baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang. Orang-orang yang dikasihi Allah melakukan hal ini, mereka menggunakan waktu hidup mereka yang sementara untuk mencari dan mendapatkan kehidupan yang kekal bersama Kristus yang adalah Juruselamat mereka.

Hidup manusia yang sementara dapat dilukiskan sebagai sebuah batang lilin. Sebuah batang Lilin menyala untuk memberi terang bagi lingkungan sekitarnya maupun bagi orang-orang di sekitarnya. Akan tetapi, untuk dapat menyala lilin itu harus berkorban. Lilin itu merelakan tubuhnya semakin pendek supaya ia dapat menyala. Lilin itu membiarkan sumbunya semakin berkurang supaya ia dapat menyala. Lilin itu merelakan dirinya semakin berkurang dan akhirnya habis supaya ia dapat menjadi terang bagi lingkungan di sekitarnya. Yang menjadi catatan adalah lilin itu mempunyai jangka waktu. Setelah jangka waktu tertentu lilin itu menyala, akhirnya lilin itu pun akhirnya padam. Walaupun keberadaan lilin itu hanya singkat atau sementara saja, keberadaan lilin itu sangat berarti bagi orang atau pun lingkungan di sekitarnya. Keberadaan lilin itu menjadi terang bagi lingkungan sekitarnya. Tanpa lilin itu lingkungan di sekitarnya menjadi gelap. Walaupun keberadaan lilin itu hanya sementara, tetapi keberadaannya yang sementara itu menjadi suatu hal yang berharga bagi orang-orang di sekitarnya.

Apa yang terjadi jikalau lilin itu tidak mempunyai jangka waktu? Apa yang terjadi jikalau lilin ini tidak habis? Apa yang terjadi jikalau nyala lilin itu tidak padam-padam? Setelah menyala 100 tahun atau 1000 tahun lilin itu tidak padam-padam. Jikalau lilin itu tidak mempunyai jangka waktu maka keberadaan lilin itu menjadi sesuatu yang tidak berharga lagi. Keberadaan lilin itu menjadi sesuatu yang tidak berharga lagi jikalau ia tidak mempunyai jangka waktu. Justru di dalam kesementaraan itulah lilin itu menjadi berharga. Kesementaraan inilah yang membuat keberadaan lilin itu menjadi sesuatu yang berharga. Karena lilin itu memiliki jangka waktu, ia dibutuhkan dan diperlukan oleh orang. Keberadaan lilin itu menjadi sesuatu yang berharga bagi orang yang disekitarnya.

Seperti apa yang dikatakan oleh pemazmur bahwa: Berharga di mata Tuhan kematian semua orang yang dikasihi-Nya. Berharga di mata Tuhan kematian orang yang dikasihi-Nya karena:
1.) Allah menghargai perjuangan hidup manusia dalam menghadapi pertandingan iman sampai akhir hidupnya. Dan Allah menjanjikan mahkota yang abadi kepada mereka yang memenangkan pertandingan iman itu. 
2.) Allah menghargai kehidupan manusia yang sementara di bumi ini. Dan kehidupan yang kekal bersama Allah akan menjadi bagian dari orang-orang yang sudah menggunakan waktunya yang hanya sementara di dunia ini untuk mencari Kerajaan Kekal itu.
Tuhan memberkati kita semua
Amin… 
 

Senin, 24 Januari 2011

Memikul Kuk



Matius 11:28-30
 “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan.”
 

Jiwa yang tenang adalah salah satu kebutuhan utama setiap manusia. Hal ini dijelaskan oleh salah satu ahli psikologi yang bernama Abraham H. Maslow asal New York. Menurutnya, kebutuhan akan rasa aman itu termasuk ke dalam kebutuhan “Deficit Needs”. Jikalau kebutuhan ini tidak terpenuhi, maka manusia akan merasakan kekurangan. Hal yang tergolong dalam kebutuhan deficit needs ini adalah makan, minum, rasa aman, kasih sayang.

Yesus menyadari bahwa salah satu kebutuhan manusia adalah ketenangan. Oleh karena itu, Allah sendiri menawarkan ketenangan itu kepada manusia. Di dalam Perjanjian Lama (PL), Allah menawarkan ketenangan kepada umatNya dengan syarat menempuh jalan yang baik, jalan yang dahulu kala (Yeremia 6:16). Begitu juga, dalam Perjanjian Baru (PB), Yesus Kristus sendiri yang adalah Jalan, Kebenaran dan Hidup menawarkan ketenangan itu kepada kita (Matius 11:28-30).

Di dalam ayat 28, Yesus mengundang kita untuk datang kepada-Nya. Ajakan dan undangan dari Yesus ini memerlukan respons dari kita. Datang kepada Allah merupakan respons atau tindakan aktif dari kita untuk mencari Allah atau mendekati Allah.

Di dalam ayat 29, Yesus mengundang dan mengajak kita untuk memikul kuk. Apakah yang dimaksud dengan memikul kuk? Sebelumnya, apakah kuk itu? Menurut KBBI, kuk adalah kayu yang dipasang di tengkuk lembu/kerbau untuk menarik bajak, pedati. Dengan menggunakan kuk, lembu dapat dipakai untuk membajak sawah, menarik gerobak, dan lain-lain.

Yesus menawarkan kelegaan. Sinonim dari kata kelegaan adalah ketenangan. Yesus juga menawarkan ketenangan kepada murid-murid-Nya dan juga kepada kita semua. Dalam hal ini, Yesus menawarkan ketenangan dengan cara memikul kuk. Sepertinya ajaran Yesus ini berbeda dari yang lainnya. Yesus menawarkan ketenangan dengan jalan memikul kuk. Jikalau kita memikirkan tentang kuk, hal yang terpintas di pikiran kita mungkin adalah beban, masalah. Bagaimana mungkin seseorang dapat merasa tenang ketika  berada dalam masalah atau ketika memiliki beban. Akan tetapi, justru itulah yang ditawarkan oleh Yesus. Yesus menawarkan ketenangan di tengah-tengah masalah atau beban. Yesus meminta kita sebagai orang yang percaya untuk memikul kuk. Ini adalah perintah dari Yesus sendiri kepada kita, murid-murid-Nya. Jikalau kita tidak memikul kuk, kita tidak layak bagi-Nya.

Lalu apakah yang dimaksud dengan “memikul kuk”? Ada 3 hal yang berhubungan dengan memikul kuk…

 1.)        Menaklukkan diri (menjadi hamba)
Kuk adalah balok kayu yang diletakkan di atas pundak lembu/sapi. Ketika lembu itu mengenakan kuk, itu berarti lembu itu siap menaklukan diri kepada tuannya. Begitu juga ketika seseorang memikul kuk dari Tuhan, itu berarti dia siap untuk menaklukan dirinya kepada Tuhan. Dengan kata lain, menjadi hambanya Tuhan. Ketika kita menaklukan diri kepada Tuhan atau menjadi hambanya Tuhan, kita wajib menuruti perintah dari Tuhan. Seorang hamba yang taat, akan dikasihi oleh tuannya dan akan mendapat upah dari tuannya, sedangkan hamba yang jahat akan mendapat hukuman dari tuannya.

Menjadi hamba mengakibatkan ada hak-hak seseorang yang hilang. Begitu juga, ketika kita menjadi hamba Allah, ada hal-hal penting dalam hidup kita yang dapat hilang, mungkin itu hak, pekerjaan, kedudukan, harta, hubungan keluarga atau hubungan sesama. Ketika kita menjadi percaya kepada Tuhan, mungkin orang tua atau keluarga kita membenci kita. Ketika kita mengikut Tuhan, kedudukan kita dicabut, dan lain-lain. Akan tetapi, Allah menganugerahkan hal yang lebih dari sesuatu yang hilang itu, yaitu hidup yang kekal dan keselamatan dalam Kerajaan-Nya yang kekal.

2. )       Siap bekerja
Kuk adalah sebatang kayu yang diletakkan di atas lembu atau sapi. Jika kuk tersebut telah diletakkan di atas binatang itu, berarti binatang tersebut sudah siap untuk bekerja. Yesus mengundang kita untuk bekerja. Bekerja untuk Tuhan. Allah menyuruh kita untuk bekerja dan berkarya. Dalam bahasa Ibrani, kata "pekerjaan" berasal dari kata “mela`kah” (מְלָאכָה). Kata ini berasal dari turunan kata “mala`k” (מַלְאָך), yang artinya adalah pekerja, pesuruh/malaikat.

Kita semua adalah pekerja-pekerja Allah. Kita semua adalah "malaikat-malaikat" Allah dalam arti pekerja Allah atau pesuruh Allah. Apapun yang kita kerjakan selama tidak bertentangan dengan Firman Allah, itu adalah pekerjaan yang Tuhan suruh untuk kita kerjakan.
          
Bekerja untuk Tuhan bukan berarti harus melayani di mimbar atau menjadi pendeta. Apapun pekerjaan kita, kita bekerja untuk Tuhan. Apa yang terjadi kalau semua orang menjadi pendeta? Siapa yang akan menjadi dokter, insinyur, petani atau pedagang?
          
Allah memberikan kepada setiap kita pekerjaan masing-masing.  Sebagai karyawan, kita bekerja dengan giat dan sungguh-sungguh. Sebagai pedagang, kita berdagang dengan baik dan tidak curang. Sebagai petani, kita bercocok tanam dengan rajin dan tekun. Apapun yang kita kerjakan, kita kerjakan untuk Tuhan.

3.)        Berpartner dengan Allah
Kuk biasanya diletakkan di atas sepasang lembu. Jika kita menempatkan diri sebagai lembu yang pertama, siapakah “lembu yang ke dua”? Lembu yang kedua menggambarkan Yesus Kristus. Allah ingin kita berpartner dengan Dia. Allah ingin agar kita melibatkan Dia dalam segala apa yang kita kerjakan.

Memikul kuk tersebut tidaklah mudah. Akan tetapi, kita mengetahui bahwa ada “lembu yang kedua” yang menggambarkan Yesus Kristus. Dia turut bersama-sama dengan kita dalam memikul kuk kita, sehingga kuk kita menjadi "enak" dan "ringan", seperti yang tertulis dalam Matius 11:30.
Amin…